Deklarasi Gerakan Mahasiswa Menolak PLTA Karama.
Mamuju, mandarnews.com – Aliansi mahasiswa dari kecamatan Kalumpang, Bonehau, Tommo, dan Sampaga mendeklarasikan penolakan masuknya PLTA Karama dari PT. DND Hydro Ecopower yang rencananya bakal membendung sungai Karama.
Pernyataan itu dideklarasikan Gerakan Mahasiswa Menolak PLTA Karama di Lapangan Ahmad Kirang, Mamuju. pada Senin malam (13/12).
Juru Bicara Aliansi GMM, Adam Jauri mengatakan, penolakan itu dilakukan karena mengancam aspek budaya, ekologi, ekonomi, bencana alam, sosiologis dan psykologis masyarakat yang sekitar aliran sungai karama.
“Melalui kajian intelektual kami dari GMM PLTA Karama menemukan beberapa aspek yang berdampak buruk ketika masuknya PLTA DND Hydro Ecopower, seperti ancaman dari aspek budaya, ekologi, ekonomi, kebencanaan, sosiologis, dan Psykologis,”
Lebih jauh, Adam Jauri menyebut, pembangunan PLTA Karama mengancam sejumlah situs megalitikum disepanjang aliran Sungai Karama. Adam menyebut ada setidaknya ada 23 situs terancam hilang jika pembangunan PLTA berlanjut.
Termasuk situs Minanga Sipakko, salah satu situs terbesar di wilalayah Kalumpang, dan kuburan tua penginjil pertama di Talondo.
“Eksistensi budaya ini tidak bernilai, terlebih situs-situs itu menunjukan eksistensi budaya lokal masyarakat. Situs Minanga Sipakko sendiri telah dikelola balai purbakala Makassar terancam hilang,”
Berbagai hal itu dinilai Adam Jauri sebagai ancaman nyata, terlebih menurutnya saat ini juga telah dibangun PLTA lain yang berkapsitas besar 450 megawatt.
Sehingga ia menuding, jika pembangunan PLTA Karama hanya bisnis dan kepentingan elit, dan tidak berdampak pada kesejahteraan masyarakat lokal.
“Kami menilai ada kejanggalan dalam prosesnya, dan terkesan dipaksanakan. Saat ini yang terpenting adalah menjaga eksistensi masyarakat yang sudah bertahan dengan budayanya,” tuturnya.
Berdasarkan data yang diperleh, Adam Jauri menyebut jika saat ini kebutuhan listrik pada tingkat maksimum di Sulawesi Barat hanya membutuhkan 60 megawat. Hal tersebut menjadi pertanyaan besar dengan rencana pembanguna kapasitas 190 megawatt. Terlebih tahap pembangunan di hulu sungai karama juga berlangsung pembangunan PLTA kapasitas 450 megawatt.
“Untuk itu tidak ada alasan bagi Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Mamuju untuk tidak memberi rekomendasi kepada perusahaan, kita meminta pemerintah fokus untuk menjaga kekayaan budaya,” Imbuhnya.
PT DND Hydro Ecopower rencananya akan membangun PLTA Karama dengan kapasitas 190 megawatt dengan membendung sungai Karama.
Informasi yang masuk ke redaksi mandarnews menyebut, sosialisasi analisis dampak lingkungan (AMDAL) sempat dilaksanakan pada 03 September lalu. Namun warga yan diundang ke Balroom Hotel Maleo mayoritas menolak kehadiran PLTA Karama.
Repoter : Sugiarto