
Majene, mandarnews.com – Sebutan mas yang sejak dulu hanya mengacu kepada pedagang laki-laki asal pulau Jawa nampaknya sekarang tidak lagi berlaku. Muhammad Arif, sejak bekerja sebagai pedagang kaki lima (PKL) empat bulan lalu, ia telah menyandang gelar ini juga.
Arif mengaku, setiap pembeli yang datang selalu menyapanya dengan panggilan mas. Kecuali orang-orang yang sudah mengenalnya.
“Bahkan juga kadang ada teman yang menyapaku sebagai mas. Tapi mungkin mereka cuma bercanda,” kata Arif, Minggu malam 7 Januari 2018.
Dagangannya disebut batagor siomay Bandung dan dijual dalam dua jenis kemasan. Kemasan yang relatif kecil seharga lima ribu rupiah. Sedangkan batagor dalam kemasan yang agak besar seharga sepuluh ribu rupiah.
Arif mengatakan selama diterima sebagai karyawan lima bulan lalu oleh seorang pedagang batagor dari Bandung, sudah beragam perilaku pembeli yang dihadapinya.
“Ada yang terlalu cerewet, ada yang terburu-buru, biasa juga ada yang memuji-muji supaya ditambah pangsit atau siomaynya,” ungkapnya tertawa.
Arif sendiri tinggal di Pa’leo, Kelurahan Pangali-ali, Kecamatan Banggae. Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar). Lokasi gerobaknya ditempatkan tepat di depan Indomaret Pa’leo.
Ia bekerja dari pukul 12.00 sampai pukul 22.00 wita. Omzetnya mencapai rata-rata tiga ratus ribu rupiah perharinya. Ia menerima gaji satu juta enam ratus ribu rupiah perbulannya.
Selain bekerja sebagai PKL, ayah dari tiga anak ini juga menjalankan usaha milik orang tuanya. Yaitu distributor tabung gas elpiji tiga kilogram dan 12 kilogram. Namun ia cukup tiga kali dalam seminggu mengantarkan tabung gas elpiji kepada para langganannya. (Najib Accal)