Saat sejumlah anak kecil membantu orang tuanya mengambil air.
Majene, mandarnews.com – Kehidupan yang berada di ibu kota kabupaten rupanya tidak menjamin adanya kesejahteraan bagi masyarakat.
Meskipun berbagai pembangunan, fasilitas serta sarana dan prasarana dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, namun tentu saja hal itu tidak dapat dirasakan warga secara merata.
Begitupun yang dialami oleh warga Lingkungan Pa’leo Tobanda, Kelurahan Pangali-ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Dimana hampir setiap hari, sebagian penduduk di lingkungan ini, harus berjalan kaki sejauh ratusan meter untuk memenuhi kebutuhan air.
Nasaruddin (36) warga setempat mengatakan, kesusahan ini telah dirasakan warga sekitar setahun lebih dan saat ini belum ada solusi akan hal itu.
Menurutnya, kesusahan ini kembali dirasakan warga setelah mesin bor yang diandalkan selama ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih rusak sejak 2020.
Kata Nasaruddin, proyek bantuan sarana dan prasarana air bersih melalui sumur bor yang dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi sejak 2019 ini hanya setahun dirasakan oleh warga.
“Jadi sebelumnya kami juga merasakan kesusahan seperti ini, sehingga dengan adanya bantuan sumur bor kami sangat terbantu dan setelah sumur bor ini rusak mau tidak mau kita harus kembali mengambil air,” ucap Nasaruddin.
Lanjut Nasaruddin, karena tidak berfungsinya sumur bor warga terpaksa harus mengambil air di sumur bor milik warga yang ada di lingkungan lain dan menempuh jarak sekitar 200 meter lebih.
“Kalau warga yang punya kendaraan masih mending, cuma kalau seperti kita, ya mau tidak mau harus diangkat pak, terkadang anak-anak juga membantu, mereka hanya ke sana mengisi setelah jeriken terisi baru kita pergi ambil,” jelas Nasaruddin.
Warga pun tidak hanya mengambil cuma-cuma air, mereka harus membayar 10 hingga 20 ribu per bulan untuk iuran listrik.
Setidaknya, ada sepuluh kepala keluarga (KK) yang merasakan kesusahan ini. Mereka saat ini bingung, apakah kesusahan ini harus ditanggung selamanya.
Warga setempat juga telah berupaya agar sumur bor yang ada bisa berfungsi kembali. Mereka beberapa kali menghubungi nomor yang tertera di gedung sumur bor ini akan tetapi tidak pernah tembus.
Warga juga telah berinisiatif bersama-sama mencoba memperbaiki sumur tersebut. Bahkan mesin celup sumur bor dengan jarak sekitar 100 meter telah dinaikkan warga. Dan telah pernah dibawa ke tukang servis mesin celup akan tetapi semua usaha gagal dan tidak bisa baik.
Mereka berharap, pemerintah setempat dapat memberikan solusi terkait kebutuhan air bersih, yang digunakan untuk kebutuhan air minum, mandi, cuci dan kakus (MCK).
(Mutawakkir Saputra)