Rasdiana menggendong anaknya yang masih berusia 9 tahun yang baru saja lepas dari maut di laut. Sedangkan Salman, anaknya yang lain digandeng neneknya. Raut muka mereka terlihat trauma.
Majene – Nelayan di Dusun Bonde-Bonde Desa Bonde-Bonde Kecamatan Tubo Sendana, Majene, Sulawesi Barat membuat geger sekampung. Pasalnya, ia tidak pulang melaut seperti kebiasaannya. Ia biasanya pulang sebelum Maghrib di hari yang sama saat berangkat melaut.
Rusdi (55 tahun), nelayan Passori (nelayan penangkap ikan sori) berangkat melaut, Sabtu (13/10) sebelum waktu Ashar. Ia membawa serta dua orang anaknya, Salman (18) dan yang masih bocah, Hermansah (9). Mereka bertiga berangkat menggunakan perahu (soppe-soppe) bermesin katintin.
Biasanya Rusdi pulang dari melaut sebelum waktu Maghrib. Tapi hari itu lain dari biasanya. Memasuki waktu Maghrib, Rusdi belum menampakkan batang hidungnya. Rasdiana, istri Rusdi, gelisah menanti. Tetangganya pun demikian. Terbayang di benak mereka akan musibah yang bisa saja menerpa Rusdi dan anakanaknya, seperti yang memang banyak menimpa nelayan di kala melaut.
Tenggelam dihantam ombak. Kapal hanyut dibawa arus karena mesin perahu macet. Atau jatuh dari atas perahu. Semua itu pernah terjadi menimpa nelayan di Majene.
Kabar Rusdi yang belum kembali dari melaut tersebar luas ke segala penjuru di kecamatan pemekaran Sendana itu. Solidaritas warga pun ‘berbicara’. Mereka beramai-ramai mencari Rusdi. Mereka mencari hingga ke desa tetangga.
Ada pula yang memanfaatkan ponsel memberitakan ke berbagai keluarga. Seperti yang dilakukan mantan Kades Bonde-Bonde, Baharul.
“Pak, ada warga nelayan Bonde-Bonde yang hingga kini belum kembali dari melaut. Padahal biasanya ia kembali sebelum Magrib. Ia berangkat melaut kemarin (Sabtu, 13/10). Ini sudah satu malam tapi belum juga kembali,” kata Baharul melalui sambungan telepon kepada redaksi mandarnews.com sekitar pukul 06.00 wita, Minggu (14/10/2018).
Sejam kemudian atau sekitar pukul 07.00 wita, telepon dari Baharul kembali berdering. Kali ini ia mengabarkan bahwa Rusdi telah ditemukan.
“Nelayan Rusdi telah ditemukan pak. Ia sedang dalam perjalanan laut diantar nelayan Batutaku,” lapor Baharul.
Rusdi dan kedua anaknya selamat dari keganasan laut. Mereka ditemukan nelayan dari Dusun Batutaku, Desa Onang. Batutaku dan Bonde-Bonde, keduanya di wilayah Tubo Sendana. Tapi berbeda desa. Dusun Bonde-Bonde dalam wilayah Desa Bonde-Bonde (Ibukota Kecamatan Tubo Sendana) sedangkan Dusun Batutaku dalam wilayah Desa Onang. Desa Onang dan Desa Bonde-Bonde diantarai satu Desa yakni Desa Onang Utara. Jika dilihat dari jarak antar desa ini, Rusdi dan anak-anaknya dibawa arus cukup jauh.
Nelayan yang menemukan Rusdi dan anak-anaknya mengantarnya hingga ke Dusun Bonde-Bonde Desa Bonde-Bonde. Mereka tiba di pantai Dusun Bonde-Bonde sekitar pukul 08.00 wita. Rasdiana, istri Rusdi spontan memburu menyambut ke dalam pelukan kedua anaknya. Mereka berpelukan sembari bertangis-tangisan. Tangisan haru dan syukur masih dipertemukan.
Dari keterangan Rusdi, ia dan anaknya ditemukan di perairan Desa Ulidang Kecamatan Tammero’do. Sekitar 11 mil dari pantai Desa Ulidang. Berarti lebih jauh lagi dari perkiraan sebelumnya. Nelayan Batutaku menemukan mereka sekitar pukul 05.00 wita. Lalu diantar pulang ke Bonde-Bonde.
Ia menyebutkan penyebab tidak bisa kembali ke darat. Kata dia, perahu yang digunakan dihantam ombak terus menerus sehingga perahunya terbalik. Ia dan anak-anaknya beruntung bisa berpegangan ke perahu. Tapi karena beban berat, perahu perlahan tenggelam.
Untuk menegah perahu tenggelam ke dasar laut sehingga tak ada lagi tempat berpegang, mesin katintin dilepas dengan susah payah. Setelah mesin lepas dan meluncur ke dasar laut, perahu kembali mengapung bersama mereka. Sampai akhirnya ditemukan nelayan dari Batutaku yang kemudian mendereknya.
Salah seorang pengusaha muda di Majene, Chazairin mengaku prihatin dengan kondisi nelayan Majene yang selalu ditimpa kecelakaan laut. Ia sendiri berpandangan, kecelakaan laut bisa diatasi.
“Saya tak habis pikir kenapa mereka (nelayan) selalu ada yang kecelakaan saat melaut. Padahal itu bisa diatasi dengan cara sosialisasi terus menerus. Jangan hanya sesekali,” sebutnya.
Sosialisasi terus menerus menurut Chazairin, akan membuat nelayan merubah pola pikir. Selain sosialisasi, para nelayan perlu menggunakan pelampung saat melaut.
Penulis : Rizaldy