Pemberian edukasi tentang obat oleh IAI Majene
Majene, mandarnews.com – Memeringati Hari Apoteker Sedunia yang jatuh 25 September 2019 kemarin, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menargetkan 50.000 siswa peserta edukasi tentang obat sebagai upaya memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori pemberian edukasi tentang obat dengan peserta terbanyak.
IAI Kabupaten Majene sendiri memberikan edukasi tentang obat kepada 500 siswa dari sembilan Sekolah Dasar (SD) di Majene yang dilaksanakan di depan Stadion Parasamya Mandar Majene, Sabtu (12/10/2019).
Adapun SD yang berpartisipasi dalam kegiatan ini adalah SD 1 Saleppa (60 siswa), SD 2 Kampung Baru (110 siswa), SD 4 Tanjung Batu (70 siswa), SD 6 Kampung Baru (60 siswa), SD 24 Saleppa (40 siswa), SD 56 Kampung Baru (30 siswa), SD 26 Pakkola (50 siswa), SD 40 Pappota (20 siswa), dan SD 60 Lembang (60 siswa).
Menurut Ketua IAI Majene, Nur Ekawati, pada 25 September kemarin, IAI Majene telah melakukan kegiatan pembekalan Apoteker Agent of Change bersama Dinas Kesehatan Majene dengan tujuan edukasi ke masyarakat oleh apoteker nantinya.
“Ini merupakan kegiatan kedua IAI yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia dan dilakukan di setiap kecamatan,” ucap Nur.
Ia menjelaskan, tema kegiatan hari ini adalah “Obat yang Aman dan Efektif untuk Semua dan Edukasi Bersama Apoteker Mengenal Obat Sejak Dini.”
“Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara benar,” ujar Nur.
Selain itu, meningkatkan perubahan perilaku dalam memilih, mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat, serta mewujudkan penggunaan obat secara rasional.
“Juga agar siswa memahami prinsip utama dalam penggunaan obat. Seperti hanya minum obat dengan izin orang tua atau wali, tidak berbagi atau minum obat orang lain, menyimpan obat dalam wadah aslinya, menyimpan obat di tempat yang aman, dan membuang obat secara benar,” kata Nur.
Sasaran kegiatan ini, lanjutnya, adalah siswa SD karena penggunaan obat paling banyak di dunia adalah masyarakat yang dimulai dari umur 10 sampai 12 tahun sesuai dengan penelitian di beberapa negara.
“Saya harap kedepannya, tidak ada lagi anak-anak yang melakukan penggunaan penyalahgunaan obat-obatan. Orang tualah yang perlu berperan penting agar anak terhindar dari penggunaan obat yang tidak benar,” sebut Nur.