
Iwan Mukhlis dan istrinya, Nurma Sumang.
Balikpapan, mandarnews.com – Menjadi seorang perantau atau pejuang pencari kerja di daerah atau negara orang bukanlah hal yang mudah.
Seorang perantau harus rela banting tulang dan meninggalkan sanak keluarganya demi suatu impian besar dapat memperbaiki keadaan ekonomi.
Perantau tidak selamanya sukses dan berhasil pulang dengan segepok harta, ada juga yang berakhir tragis, semakin sulit di perantauan, dan bahkan menjadi sulit untuk kembali ke tempat asal karena ketidakadaan biaya.
Namun, hal beda dialami oleh Iwan Mukhlis, seorang perantau dari tanah Mandar, tepatnya Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Iwan Mukhlis berhasil membuktikan kepada dunia bahwa ia bisa berhasil lewat ketekunan, doa, kerja keras yang ia telah bungkus rapi dari kampungnya dan kemudian dibawa ke perantauan.
Iwan Mukhlis atau yang akrab disapa Iwan ini sukses menjadi General Manager (GM) di salah satu perusahaan batu bara di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Tidak hanya itu, Iwan juga sukses menjadi ketua di beberapa organisasi masyarakat di Kota Balikpapan maupun Provinsi Kalimantan Timur.
Pria kelahiran 25 November 1969 asal Polman ini memberikan motivasi bahwa salah satu kunci kesuksesan itu adalah bekerja keras dan selalu jujur dalam bekerja.
“Untuk sukses itu kita harus selalu berdoa dan bekerja keras dengan mengutamakan kejujuran. Kenapa harus selalu mengutamakan kejujuran karena tanpa kejujuran sukses sulit kita dapatkan, apalagi jika kita bekerja di perusahaan,” kata Iwan saat ditemui di kediamannya di Jalan Pembangunan Kelurahan Manggar, Kecamatan Balikpapan Timur, Senin (30/08).
Ia pun mengisahkan, sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), sepulang sekolah Iwan muda berjualan pisang.
Saat melanjutkan sekolah ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Majene, sebelum dan saat pulang sekolah, ia selalu menyempatkan mengayuh becak untuk biaya sekolah dan biaya hidup, tanpa harus meminta ke orang tuanya.
“Saya itu waktu masih SMP di Tinambung, saat pulang sekolah saya jualan pisang dan pada waktu sekolah di Majene saya mengayuh becak untuk biaya sekolah dan biaya hidup, tanpa harus merepotkan orang tua,” kisah Iwan.
Salah satu prinsip yang sampai saat ini Iwan amalkan di perantauan adalah sebagai orang Mandar, yakni selalu mengingat pesan-pesan leluhur, terutama etika.
“Kita harus mengutamakan etika dan selalu mudah beradaptasi, mungkin istilahnya kalau kita ke kandang macan makan kita harus jadi macannya, kalau kita ke kandang kambing maka kita juga harus menjadi kambingnya, begitulah kira-kira dan selalu tunduk kepada pesan leluhur agar selalu selamat di perantauan,” lanjut Iwan.
Ia pun berpesan kepada anak muda Mandar agar jangan mudah menyerah untuk menggapai cita-cita.
“Pesan saya kepada orang Mandar, jika ingin menjadi sukses kalian harus bekerja keras dan mudah beradaptasi, tentunya dengan mengutamakan etika. Selalu menjaga sopan santun dalam bergaul,” tutup Iwan. (Haslan)
Editor: Ilma Amelia