Saat warga beramai-ramai menandu jenazah Rukiah menggunakan sarung dan bambu serta pencahayaan berupa senter dan lampu motor.
Majene, mandarnews.com – Jenazah warga asal Desa Limboro Rambu-Rambu, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat atas nama Rukiah kurang lebih 60 tahun, terpaksa harus ditandu oleh warga setempat sejauh enam kilometer lebih menggunakan bambu dan sarung.
Hal ini dilakukan karena akses jalan menuju desa ini sangat rusak dan tak bisa dilalui oleh ambulans.
Keluarga almarhum, Burhanuddin mengatakan, Rukiah meninggal dunia di rumah sakit umum daerah (RSUD) Majene Rabu (16/8/23) sekitar pukul 18:00 Wita.
Kemudian Jenazahnya diantarkan menuju Desa Limboro Rambu-Rambu untuk disemayamkan sebelum dikebumikan, menggunakan mobil ambulans.
Namun, di tengah perjalanan untuk sampai ke desa ini sekitar 6 kilometer lebih lagi, jenazah almarhum harus ditandu oleh warga setempat menggunakan sarung dan bambu yang memakan waktu hingga berjam-jam.
Hal ini dilakukan karena kondisi jalan menuju Desa Limboro Rambu-Rambu, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene sangat rusak dan tidak memungkinkan untuk dilalui oleh mobil ambulans.
“Jadi sekitar 6 kilometer lebih lagi untuk sampai ke desa kita, terpaksa kita harus menandu jenazah almarhum. Karena kondisi jalan sangat rusak dan tidak memungkinkan untuk dilalui mobil ambulans,” jelas Burhanuddin.
Apalagi kata Burhanuddin, jalan menuju desa ini sangat curam, dipenuhi dengan bebatuan besar dan dalam kondisi gelap gulita.
Melihat kondisi itu, Burhanuddin mengaku pilu melihat jenazah keluarganya harus ditandu berkilo-kilometer.
Ia pun berharap, ada perhatian Pemerintah setempat, utamanya Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat karena status jalan menuju desa tersebut berstatus jalan provinsi.
Apalagi kejadian seperti ini tidak baru terjadi satu dua kali melainkan telah terjadi berkali-kali. Dimana hampir setiap ada warga yang harus turun gunung untuk berobat ke kota, melahirkan atau sebaliknya meninggal untuk dibawa kembali menuju desa ini harus ditandu menggunakan peralatan seadanya. Dan menempuh jalan yang gelap gulita serta terjal.
“Untung baik ini karena tidak hujan, karena ketika hujan maka batu-batu yang berukuran cukup besar ikut bersama arus akibat air hujan, belum lagi jalan yang seolah berubah menjadi anak sungai. Makanya, ini memang sangat perlu perhatian Pemerintah untuk segera ditindak lanjuti, karena selama ini belum ada perbaikan jalan dan terakhir pembangunan jalan jika kamit tidak salah pada tahun 2011,” harap Burhanuddin.
Diketahui Rukiah dibawa ke RSUD Majene tiga hari yang lalu sebelum menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu, (16/8/23) sekitar pukul 18:00 WITA. Dan saat perjalanan turun dari Desa Limboro Rambu-Rambu menuju kota terpaksa harus dinaikkan ke mobil pembawa barang yang kala itu melintas untuk turun gunung.
(Mutawakkir Saputra)