Hal yang tidak kalah memprihatinkan, menurutnya, adalah kondisi dimana anak-anak sejak usia dini sudah kecanduan gawai.
“Oleh karena itu, dengan adanya gerakan ini, diharapkan dapat mengembalikan kesadaran orang tua mengenai bahaya gawai pada tumbuh kembang anak,” sebut Harris.
Jadi, tambahnya, pihaknya mulai membiasakan buku agar tidak 100% dimakan oleh gadget.
“Ini salah satu kampanye kami ke arah situ. Gadget itu efeknya jelek sekali, terutama karena budayanya ada efek dopamin, kecanduan,” ucap Harris.
Ia berpendapat, kecanduan akan membuat anak lekat sekali dengan itu dan waktunya jadi terbuang percuma di layar.
“Padahal, masa anak-anak itu untuk gerak motorik sangat penting. Pertumbuhan otot itu tidak akan berkembang sempurna kalau dia dari awal sudah dikenalkan gadget,” tutur Harris.
Untuk kesehatan mata, lanjutnya, tidak bagus bagi anak. Secara psikologi juga tidak bagus, misalnya internet putih ya internet khusus untuk anak.
“Tetapi, tidak semua orang tua mengikuti petunjuk dari kita. Kebanyakan yang saya pastikan itu mereka membebaskannya begitu saja, parental guide di dalam menu tidak pernah digunakan, tidak mau ribet orang tua itu, karena orang tuanya juga sudah kecanduan dengan gadgetnya,” tukas Harris.
Ia berharap, orang tua bisa mengendalikan dirinya ketika berada di dekat anak-anak, artinya tidak terus menerus menggunakan gawai agar tidak ditiru oleh anak.
“Orang tua sudah kecanduan dan dia tidak mau diganggu, dan dikasih juga gadget ke anaknya, kan musibah bener. Ini yang saya kira kita semua harus sadar ini bahaya. Marilah kita kembali membaca buku. Anak itu akan mengikuti, anak itu adalah fotokopi yang paling baik, mereka akan mereplikasi apa saja yang kita lakukan. Kalau kita stick dengan gadget, mereka akan gitu juga,” beber Harris.
Dengan adanya Gernas Baku, Kemendikbud mengajak warga masyarakat, para mitra yang memiliki jaringan sampai ke tingkat desa untuk bersama-sama menggerakan semua anggotanya untuk memulai membiasakan membaca buku, sehingga bukan sekadar menjadi imbauan, tetapi disertai dengan strategi penyebarannya.
“Saya kira kami hanya semacam orkestra saja, saling menyemangati. Kenapa kita lakukan di hari yang sama serentak? Supaya semangat saja bahwa kita itu bukan sendiri, tapi 230 ribu lembaga PAUD seluruh Indonesia. Syukur kalau seluruh keluarga Indonesia yang jumlahnya mencapai 42 juta itu sudah mendengar tentang Gernas Baku dan terinspirasi untuk ikuti kebiasaan baru di rumahnya, terutama keluarga muda,” ungkap Harris.