Kuda berjalan sambil menari dengan penunggangnya mengelilingi rute yang telah ditentukan.
Majene, mandarnews.com –Saiyyang Pattuqduq kembali dilestarikan di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), melalui pagelaran penamatan dan khataman Al-Qur’an yang diselaraskan perkemahan pramuka yang diikuti 24 ekolah dasar (SD) se-Kecamatan Sendana, Rabu (22/6) yang difokuskan di Lapangan Bura Sendana, Somba.
Saiyyang pattuqduq adalah warisan budaya tak benda dari suku Mandar. Arti dari saiyyang pattuqduq adalah kuda yang menari yang biasanya diadakan untuk syukuran pada acara khatam Al-Qur’an. Kuda dihias kemudian ditunggangi mengelilingi kampung atau rute yang telah ditentukan.
Sekretaris kegiatan perkemahan pramuka dan pessawe totamma Kusnadi mengatakan, jumlah siswa yang ditamatkan sebanyak 394 orang.
“Namun, sebanyak 190 yang duduk di punggung kuda dengan total kuda sebanyak 102 termasuk kuda yang ditunggangi Bupati Majene dan tamu lainnya,” ujar Kusnadi.
Selain kegiatan khataman Al-Qur’an serta penamatan, pelaksanaan pessawe totamma atau yang akrab dikenal saiyyang pattuqduq juga dilakukan sebagai bentuk upaya pelestarian kearifan lokal khas Mandar.
“Ini juga merupakan salah satu upaya pelestarian kebudayaan atau kearifan lokal yang ada,” ungkap Kusnadi.
Tahun ke tahun, lanjutnya, saiyyang pattuqduq sering dilaksanakan, namun karena pandemi Covid-19 pelaksanaan ini tertunda selama dua tahun.
“Beruntung setelah masuk ke endemi, kami bisa kembali melakukan ini dan mengobati rindu masyarakat yang haus pelaksanaan-pelaksanaan seperti ini. Melalui kerja sama Pemerintah Kecamatan Sendana dan UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Sendana sehingga ini bisa terlaksana,” tandas Kusnadi.
Ia pun sangat bersyukur karena kegiatan dapat terlaksana dan berjalan lancar, apalagi antusiasme masyarakat sangat tinggi yang terbukti dengan banyaknya masyarakat yang menyaksikan pagelaran ini. Masyarakat tidak hanya menyaksikan, tapi juga turut serta melantunkan kalindaqdaq (syair pantun) yang biasa bersifat rayuan kepada sang penunggang kuda. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia