

(Pendamping Sosial Lanjut Usia)
“Negara dihadirkan untuk menyelesaikan banyak persoalan kemanusiaan di dunia ini.”
Mungkin di telinga kita sudah tidak asing lagi mendengar istilah “bonus demografi”, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk produktif jauh lebih tinggi dibanding dengan jumlah yang tidak produktif.
Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUSPAS) tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa dengan jumlah masyarakat produktif sebesar 68%. Hal tersebut menggambarkan Indonesia akan memasuki fase baru dalam dunia kependudukan sampai beberapa tahun ke depan. Ketika fase ini dimaksimalkan, maka negara tercinta ini akan maju seperti dengan Korea Selatan, Cina, dan Jepang.
Tetapi, apa yang terjadi ketika hal tersebut tidak terjadi?
Jawabannya cukup sederhana, akan tercipta penduduk lanjut usia dalam jumlah sangat banyak yang kemudian menjadi beban dalam suatu negara. Dan kita berharap itu tak terjadi di negeri ini.
Itulah sebabnya, bonus demografi yang akan dan sedang dialami oleh bangsa ini harus dikelola dengan baik. Karena keadaan ini ibarat dua sisi mata uang logam yang tak terpisahkan dan niscaya akan terjadi salah satunya.
Olehnya itu, pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara harus berperan aktif layaknya sebagai institusi pemberi solusi yang nyata, bukan malah menjadi kelompok yang justru dilayani oleh masyarakatnya.
Perlu selalu diingat, negara hadir sebagai pilihan oleh pendiri bangsa ini untuk menuntaskan persoalan warganya yang tak mampu diselesaikan secara personal. Itulah sebabnya, misi utama negara adalah kemanusiaan.
Lanjut usia atau lansia merupakan masa depan. Karena dia adalah masa depan, maka perlu perencanaan matang jika ingin melaluinya dengan baik. Di titik itulah negara memiliki peran sentral, yaitu bagaimana menciptakan lansia yang produktif dan masih bisa berkontribusi buat negara nantinya.
Agar keadaan tersebut bisa tercapai, ada beberapa hal yang menjadi tantangan yang perlu diselesaikan dalam waktu dekat.
Pertama, meningkatkan potensi dan perekonomian negara. Ketika tingkat perekonomian stabil, maka negara akan lebih mudah dalam memajukan dan meningkatkan tingkat pendapatan warganya.
Jiwa wirausaha generasi muda saat ini harus digenjot lebih dini karena kita berusaha menjadi orang yang mesti memiliki usaha sekecil apapun itu, tanpa melihat latar belakang kita masing-masing. Pemerintah harus hadir menciptakan suhu kondusif buat para pengusaha-pengusaha muda dalam negeri.
Selain ekonomi, kesehatan juga merupakan hal penting yang wajib diperhatikan. Fisik yang sehat pasti akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang. Hal tersebut dimulai dari perilaku hidup sehat. Tidak hanya sampai di situ, negara juga harus menciptakan sarana dan akses kesehatan yang mudah diperoleh warganya.
Kita tidak boleh lagi hanya bergantung kepada sumber daya alam semata. Sudah saatnya negeri ini melahirkan manusia-manusia yang berkualitas. Manusia berkualitas itu hanya bisa lahir melalui pendidikan yang berkualitas pula.
Kualitas sistem pendidikan yang buruk akan menciptakan penyakit-penyakit kronis baru, seperti banyaknya masyarakat berpendidikan yang mengganggur, sebab kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya tidak sesuai dengan lapangan kerja yang ada. Implikasi lainnya, secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah kriminalitas karena tak ada lagi solusi yang mereka bisa dapatkan.
Di situlah negara menjadi wajib memberikan solusi. Selain meningkatkan kualitas pendidikan, juga harus membuka peluang seluas-luasnya buat bangsa ini untuk berkarya di negeri sendiri, bukan malah membiarkan tenaga-tenaga asing dengan jumlah sangat berlebihan masuk dan mengambil alih semua peran masyarakatnya.
Ketika ide dan kerja menyatu dalam sebuah kebijakan yang tepat, itu akan melahirkan sebuah hasil yang maksimal. Dengan itu pulalah, generasi muda yang saat ini jumlahnya banyak, bisa berperan dalam negara dan nantinya menjadi lansia yang produktif.(*)