Pementasan teater drama Buraq lambeq dari Komunitas GMP
Campalagian, mandarnews.com- Meskipun dilindungi, pencurian terhadap telur penyu ternyata masih marak terjadi di masyarakat, khususnya di pesisir pantai Sulawesi Barat. Jika pencurian ini terus berulang , bukan tidak mungkin generasi mendatang hanya mengenal penyu lewat gambar di buku tanpa pernah melihatnya langsung.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, sekelompok pemuda yang tergabung dalam Kawao Art Management menyelenggararakan sosialisasi perihal konservasi penyu yang dikemas dalam bingkai pertunjukan musik.
Berlokasi di Pantai Lapeo Desa Lapeo Kecamatan Campalagian, kegiatan bertajuk Lapeo Bahari Festival ini dihelat dari Rabu (6/3/2019) hingga Sabtu (9/3/2019).
Dengan mengusung tema “Kembali ke Laut”, pelajar dan masyarakat yang hadir dimanjakan dengan penampilan teater dari komunitas Gallery Mandar Production.
Pengunjung juga dihibur dengan pertunjukan tarian musik tradisional dan modern dari berbagai komunitas dan sanggar yang aktif memperjuangkan visi misi untuk menjaga keindahan laut beserta isinya.
Ketua Kawao Art Management Farid menjelaskan, penyu merupakan spesies laut yang terancam punah akibat maraknya pencurian telur oleh oknum tidak bertanggung jawab.
“Masyarakat pun banyak yang gemar mengonsumsi telur penyu tanpa mempertimbangkan dampak buruk yang akan terjadi,” ujar Farid.
Sebab itu, lewat kegiatan ini Farid mengajak masyarakat untuk bersama menjaga laut dan stop memperjualbelikan telur penyu untuk dikonsumsi.
Muhammad Yusri selaku pendiri komunitas pemerhati penyu bernama Sahabat Penyu mengapresiasi penyelenggaran Lapeo Bahari Festival ini.
“Lumayan bagus, baru kali ini ada kegiatan yang mengarah pada konservasi. Apalagi digagas oleh komunitas pemuda yang peduli pada lingkungan,” kata Muhammad Yusri.
Ia berharap, peserta yang datang tidak semata-mata bertujuan untuk menonton pertunjukan musik, namun juga bisa membawa pulang ilmunya.
“Peserta diajak untuk tanya jawab dan praktek langsung konservasi lingkungan, saya rasa ini lebih baik dibandingkan dengan sosialisasi yang hanya menyuguhkan teori saja,” terang Muhammad Yusri.
Menurutnya, sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah lebih kepada penyerapan aspirasi masyarakat soal bantuan. Sedangkan kegiatan ini lebih menekankan pada bagaimana mengedukasi masyarakat mengenai konservasi. (Ichie)