Polewali Mandar, mandarnews.com – Puluhan mahasiswa dan alumni Institut Agama Islam (IAI) DDI Kab.Polewali Mandar menggelar aksi unjuk rasa di halaman kampusnya, Senin (22/6). Mereka membentangkan spanduk berisi tuntutan keadilan dan membakar ban bekas sebagai bentuk protes kepada pihak kampus.
Para alumni menyoroti biaya pengambilan ijazah. Sedangkan mahasiswa menyuarakan keadilan atas kebijakan kampus bagi segenap mahasiswa IAI DDI Polman yang terdampak wabah Covid-19.
Mereka bergantian berorasi.
Pendemo ini mempersoalkan dasar edaran yang dikeluarkan Rektorat IAI DDI Polman tentang biaya pembayaran pengambilan ijazah yang nilai memberatkan mahasiswa sebesar Rp.300 ribu.
Pihak kampus dituntut harus memberikan alasan-alasan atau dasar dari pada adanya pembayaran pengambilan ijazah yang dibebankan kepada alumni sebab xmenurut mereka, sebelumnya tidak ada kebijakan seperti ini.
”Sebelumnya para senior atau alumni yang juga lulusan dari kampus IAI DDI Polman mengambil ijazah tidak dipungut biaya sepeserpun juga, serta pembayaran ujian untuk angkatan 2018. Dulu itu hanya Rp 2,7 juta. Sedangkan sekarang ini angkatan 2019 justru disuruh membayar Rp 3 juta lebih ini sama halnya pembodohan,” sebutnya.
Di sisi lain, beberapa bulan terakhir ini pandemi covid-19 berdampak signifikan di berbagai sektor kehidupan ekonomi dan sosial yang tentunya membatasi pergerakan aktifitas mencari nafkah ataupun penghasilan orang tua mahasiswa menjadi menurun.
Wakil Rektor I IAI DDI Polman, Rivai Makduani mengatakan, pembayaran pengambilan Ijazah dan pembayaran ujian yang dilakukan pihak kampus merupakan keputusan rektor bersama dengan para pengurus untuk memungut biaya pengambilan ijazah.” besarannya kita sudah pertimbangkan dan kaji bersama dan itu sudah dilakukan seperti dengan alumni lainnya,” terangnya.
Pengunjuk rasa ini juga mempertanyakan kesiapan civitas kampus menyangkut penerapan new normal covid-19. Mereka menyoroti pihak kampus sudah mulai buka dengan belajar tatap muka dengan mahasiswa, namun dinilai belum maksimal menerapkan protokol kesehatan seperti penyediaan tempat cuci tangan dan penyediaan alat pengecek suhu badan.
“Penerapan new normal belum bersiap belajar dengan tatap muka. Artinya belum ada kesiapan dalam memutus mata rantai penyebaran covid-19. Terlebih kondisi dalam kampus atau di luar ruangan pihak kampus belum menyiapakan alat protokol kesehatan yakni belum adanya tempat cuci tangan, serta belum adanya penyiapan masker bagi mahasiswa sehingga menyoroti kesiapan bagian kemahasiswaan,” tandasnya. (Aty Achmad)