
Pasar dadakan di depan monumen posasi
Majene, mandarnews.com – “Bagaikan penyakit sudah stadium empat, susah disembuhkan.” Demikian kira-kira metafora yang menggambarkan keberadaan pasar dadakan di Monumen Posasi, Lingkungan Pangaliali, Kelurahan Pangaliali Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene.
Tidak ada yang tahu persis kapan pedagang ikan itu menempati pinggir jalan depan monumen posasi. Begitu pula siapa yang memulai, tidak ada yang tahu. Yang pasti, penjual semakin bertambah, tentu pengunjung atau pembeli juga semakin banyak.
Anehnya, mereka berjualan santai tanpa ada yang mengusik. Padahal, setiap hari kerja, pejabat lingkup Pemkab Majene pulang pergi banyak yang melewati tempat itu. Bahkan rumah jabatan wakil Bupati Majene tak jauh dari tempat pasar dadakan itu, hanya sekira 200 meter.
Rabu (20/2), di ruang pola kantor Bupati Majene, keberadaan pasar dadakan menjadi perbincangan serius. Forum yang membahas tentang penertiban dalam rangka menghadapi penilaian adipura itu memutuskan penertiban/pemindahan pasar dadakan tersebut.
“Mohon petunjuk, sekaitan dengan pembuatan surat, perlu penegasan, apakah akan ditertibkan (pasar dadakan di depan monumen posasi) atau dipindahkan?” tanya Hifni Zakaria, Lurah Pangaliali dalam forum tersebut.
“Dipindahkan saja,” jawab DR. Fahmi Massiara, MH,. Bupati Majene.
Keputusan yang diambil bupati setelah mendengar berbagai pertimbangan dari para pejabatnya yang hadir. Pasar dadakan akan dipindah ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang jaraknya hanya sekira 500 meter dari lokasi pasar dadakan, ke arah Timur.

Berbagai macam respon dari para pedagang setelah mengetahui lokasi penjualan mereka akan ditertibkan. Mereka tahu setelah sekretaris Dishub Majene, Dudi Wahyudi melakukan pendekatan persuasif seusai mengikuti rapat di ruang pola.
Ada pedagang yang menyatakan kepasrahannya, ada yang memelas untuk tidak dipindahkan. Tapi ada pula yang merespon dengan memaki.
“Bupati tidak punya hati nurani jika kami dipindahkan. Inilah kehidupan kami. Kami tidak membebani pemerintah. Saya akan demo,” teriak salah seorang perempuan pedagang itu.
Seorang pedagang ikan yang lain, Bahtiar (40) mengakui dirinya yang pertama menjual di dekat monumen posasi itu. Ia memilih tempat itu karena tidak memiliki tempat di pasar.
“Kami tidak punya tempat di pasar pak, sehingga kami menjual di sini. Kami di sini hanya berjualan sekitar 2-3 jam dan kami bersihkan tempat sebelum kami tinggalkan,” kata Bahtiar yang mengaku pendapatannya saat ini berkurang karena beberapa pedagang di pasar juga datang ke Monumen Posasi tatkala jualannya di pasar tidak laku habis terjual.
Kurangnya kepedulian terhadap kaum pedagang kecil membuat mereka harus mencari tempat sendiri yang dianggapnya strategis. Mereka tidak difasilitasi dan tidak diarahkan sehingga dimana saja mereka anggap cocok, di situlah mereka mendudukan usahanya. Setelah mereka nyaman, badai penggusuran tiba-tiba berhembus.
Ketua TP PKK Kab. Majene, Hj. Fatmawaty Fahmi, memiliki ide yang membuat para pedagang kecil mendapat angin segar.
“Seharusnya mereka dicarikan tempat, dibuat satu lokasi (sentralisasi) sehingga mereka aman pengunjung pun nyaman. Dan bahkan bisa menjadi tempat menarik buat berwisata,” kata Fatmawaty di dalam forum yang digelar di ruang pola tersebut.
Menyambung gagasan ketua TP PKK, Bupati Majene meminta pejabatnya untuk kreatif menfasilitasi para pedagang. Ia pun menyindir kepala Dinas Perhubungan soal retribusi.
” Jangan juga Perhubungan menjadikan peluang dengan datang menyodorkan retribusi padahal mereka berada pada tempat yang salah,” sindir Bupati yang dibalas senyum-senyum kepala Dinas Perhubungan, Mithhar Thala Ali.
Forum yang dimoderatori Jazuli Munchtar itu melahirkan dua keputusan. Yakni : 1. Kepala lingkungan diminta segera melakukan pendekatan dan pemberitahuan kepada warganya bahwa tim akan melakukan penertiban; 2. Surat dukungan berupa SK pengukuhan tim agar segera diterbitkan.
Forum yang dimulai siang menjelang sore ini dikuti Bupati Majene, Ketua TP PKK Kab Majene, Kepolisian Resort Majene, Kodim 1402 Majene, para kepala OPD terkait, beberapa kepala lingkungan, kepala pasar, serta beberapa beberapa komunitas. (Rizaldy)