Pasah saat memikul dagangannya.
Majene, mandarnews.com – Pasah (65) warga Lingkungan Kaloli, Kelurahan Tande Timur, Kecamatan Banggae Timur, Majene harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ia bekerja secara serabutan, mulai dari menjual kelapa, bambu, dan pisang yang merupakan komoditi yang paling sering dijual. Setiap pagi mulai dari pukul 06:00 Wita, Pasah meninggalkan rumahnya dengan berjalan kaki sambil memikul pisang sepuluh sisir.
Untuk menjual pisangnya, Pasah harus menempuh jarak 10 hingga 15 kilometer dengan melewati jalan agak tinggi serta sengatan matahari yang sangat terik. Namun kerasnya rintangan yang ia lalui, tak mengurangi semangat Pasah untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Setiap sisirnya pisang tersebut dijual dengan harga Rp5 ribu. Pisang itu diperoleh dari tetangganya dan sepupunya.
“Saya ambil dari keluarga untuk dijual, terkadang juga saya beli dari tetangga kemudian saya jual kembali,” ujar Pasah, Senin (19/9), saat ditemui sedang memikul pisang di depan toko Bos Helm di Lutang.
Kata Pasah, setiap hari pisang yang dijualnya selalu laku, walaupun terkadang diutang orang.
“Alhamdulillah semuanya laku,” sebut Pasah sambil tersenyum manis.
Hasil yang diperoleh dari menjual pisang digunakan untuk membeli beras, ikan, gula, dan keperluan rumah tangga lainnya.
“Meskipun hasilnya sedikit, tetapi saya bersyukur, yang penting ada buat makan, apalagi saya hanya tinggal bersama cucu dari anak kemenakan karena saya anak semata wayang dari pasangan Yunus dan Liha. Kedua orang tua saya sudah meninggal,” ungkap Pasah.
Ia menjelaskan, selain menjual ia juga sering berkebun. Hal itu dilakukan agar kebunnya bisa produktif menghasilkan buah-buahan untuk dijual.
“Kalau bukan saya yang mengerjakan siapa lagi,” keluhnya kepada media sambil meneteskan air mata.
Selama tinggal di Lingkungan Kaloli, ia mengaku tidak sering mendapat bantuan dari pemerintah.
“Saya hanya dapat BLT, raskin, BPJS Kesehatan, tetapi untuk PKH tidak ada,” ucap Pasah.
Harapannya pun sederhana, ia hanya berharap tetap ada orang-orang yang membeli pisangnya, meskipun kadang kala tidak langsung dibayar. Jika tidak dibayar, tidak ada yang akan dipakai untuk membeli beras. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia