Menurutnya, untuk solar non subsidi dulunya Rp 8.600/liter namun informasi yang berkembang katanya Rp 10.000/liter, sedangkan di SPBU Malakbo Rp 5.150 /liter sebab subsidi lalu dijual eceran Rp 10.000-11.000/liter.
“Kalau saya menjual paling tinggi Rp 8.500, itu juga hanya beberapa jerigen yang bisa dijual sebab lebihnya saya pakai sendiri,” ungkapnya.
Solar baru tiga minggu agak langka, tambahnya, sebab hanya pedagang yang mau ke SPBU Malakbo. Seharusnya untuk kebutuhan masyarakat juga bisa langsung ke sana kalau mau yang murah.
Berdasarkan berita JawaPos.com beberapa waktu lalu dituliskan bahwa “Sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014, pengguna BBM tertentu termasuk solar subsidi hanya ditujukan bagi rumah tangga, usaha mikro, usaha pertanian, usaha perikanan, transportasi, dan pelayanan umum.
“Jadi, walaupun sewa ataupun dimiliki industri langsung, tetap saja kendaraan industri, khususnya di atas roda 6 tidak berhak menggunakan solar bersubsidi,” ucapnya.
Ia menjabarkan, untuk kendaraan industri yang tidak masuk dalam kategori bisa dilayani sesuai Perpres tersebut dan tidak berhak menggunakan solar subsidi seperti angkutan transportasi CPO, batu bara, dan komoditas industri lainnya, diminta agar tidak menggunakan solar bersubsidi melainkan menggunakan solar non subsidi yakni dexlite. (Hapri Nelpan)
Editor: Ilma Amelia