Untuk perselisihan hasil pemilihan umum legislatif, lanjutnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebanyak 671.
“Perselisihan hasil pemilihan presiden/wakil presiden terdapat 5 perkara, sedangkan untuk sengketa kewenangan lembaga negara sebanyak 26 perkara,” tutur Anwar.
Ia menerangkan, dari 3.005 perkara tersebut, sebanyak 2.849 telah diputus dengan rincian 397 perkara atau 13,93% dikabulkan, 1.005 perkara atau 45,81% ditolak, 1.004 atau 34% tidak dapat diterima, 60 perkara atau 2,11% dinyatakan gugur, 171 perkara atau 5,75% ditarik kembali, 25 perkara atau 2% merupakan tindak lanjut dari putusan sela, 11 perkara atau 1% MK menyatakan tidak berwenang mengadili, dan sebanyak 30 perkara masih dalam proses.
“Mengenai pengujian UU pada tahun 2019, MK menerima 85 perkara, sementara 37 perkara berasal dari tahun 2018,” tukas Anwar.
Artinya, tambahnya, ada 122 perkara pengujian UU yang masuk sepanjang tahun 2019. Jika dibandingkan tahun 2018, jumlah itu agak lebih banyak, yakni 49 perkara yang diregistrasi tahun 2017 dan 65 yang diterima tahun 2018, sehingga pada tahun 2018, MK menangani 114 perkara.
“Dari 122 perkara yang ditangani tahun 2019, hingga akhir Desember telah diputus sebanyak 92 perkara. Dengan demikian memasuki tahun 2020, terdapat 30 perkara yang berasal dari tahun 2019 dan masih dalam proses pemeriksaan,” tutup Usman. (rilis Kemkominfo)
Editor: Ilma Amelia