Suasana Pembukaan P3GTM di Tobadak
MATENG, mandarnews.com – Pembukaan P3GTM (Pekan Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Mamasa) di Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) yang digelar Bumi Lalla’ Tassisara’ tepatnya di Provinsi Sulbar, diikuti ribuan warga GTM.
Ketua Panitia Hajai dalam sambutannya di acara pembukaan P3GTM, Minggu (1/7) menyampaikan, kegiatan P3GTM yang berlangsung merupakan Rekor P3GTM dimana 63 Klasis dengan jumlah peserta sementara mencapai 17.250 yang terdaftar. Lanjutnya, keberhasilan tersebut dapat tercapai atas kerjasama dan bantuan semua pihak sehingga patut diapresiasi.
Ketua PPGTM Sinode, Orsan Soleman juga menyampaikan, sangat mengapresiasi dukungan semua pihak sehingga ivent rutinitas P3GTM yang sering dilakukan 5 tahun sekali dapat dilakukan di Tobadak Raya.
“Kami sangat berterimakasih atas pengorbanan semua pihak yang telah mempersiapkan kegiatan dengan baik,” paparnya.
Ia juga menjelaskan, beberapa hari kedepan akan dilakukan perlombaan-perlombaan namun harus diketahui bahwa bukan hanya juara semata melainkan bagaimana memeriahkan suasana untuk kemuliaan Tuhan dan saling menabur kasih.
Menurut Orsan, Walaupun jadwal kegiatan P3GTM sempat ditunda namun puji Tuhan justru jumlah kontingen bertambah lebih dari 60 klasis yang sebelumnya hanya 50 klasis yang bersedia.
Sedangkan Kepala Kantor Kemenag Sulbar, H. Muhdin menyatakan, melalui kegiatan P3GTM sangat diapresiasi kepada jajaran pengurus GTM dan panitia yang telah membantu Kemenag dalam pembinaan umat.
“Jika hanya Kemenag yang akan melakukan pembinaan tentunya disadari tidak mampu, karenanya bila Kementerian Agama meminta perkembangan kerukunan umat di Sulbar akan diperlihatkan dokumentasi yang ada di kegiatan P3GTM,” kata H. Muhdin.
Merespon kegiatan P3GTM. Bupati Mateng, H. Aras Tammauni dalam sambutannya sekaligus membuka acara secara resmi menjelaskan, atas nama Pemda Mateng mengungkapkan terimakasih karena telah mempercayakan masyarakat setempat sebagai tuan rumah kegiatan P3GTM.
Ia berpendapat, Mateng sering dikenal miniatur Nusantara lanataran Mateng memang terdiri dari sejumlah suku, budaya, dan agama namun kerukunan umat tetap terjaga sebagaimana julukannya sebagai Bumi Lalla’Tassisara’.
Hal itu terjadi, kata Aras Tammauni karena semua pihak menyadari bahwa perbedaan adalah Rahmat dari Tuhan yang sepatutnya dijaga dan dijunjung tinggi serta perlakuan Pemda memang senantiasa memberikan ruang ke semua golongan.
“Mari bersama-sama menjaga ketertiban dan keamanan bersama-sama. Untuk tuan rumah maka jadilah tuan rumah yang baik jangan rusak citra atau nama baik Mateng,” tutur Aras Tammauni.(Hapri Nelpan)