Direktur RSUD, dr Rahmat dan Bupati Majene, Fahmi Massiara memantau ‘master plan’ pembangunan RSUD Majene, 2016 silam.
Majene, mandarnews.com – Akhir pekan lalu, 60 pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majene melakukan studi banding yang menelan anggaran Rp 250 juta ke RSUD Bogor, Jawa Barat, Jumat 6 Oktober 2017.
Direktur RSUD Majene, dr Rahmat mengatakan, studi banding tersebut dilakukan untuk belajar pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD terbaik ke tujuh di Indonesia tersebut.
Baca juga : Direktur RSUD Majene Tidak Indahkan Perintah Bupati
Menurutnya, sangat banyak pelajaran yang bisa didapat saat studi banding yang digelar selama sehari tersebut. Rencananya, hasil studi banding akan diterapkan di RSUD Majene secara perlahan sesuai kemampuan yang ada menuju akreditasi reguler.
Sebagai langkah awal, kata dr Rahmat, pihaknya akan melakukan pengurangan jumlah pegawai hampir 50 persen. dr Rahmat menilai, jumlah pegawai RSUD Majene terlalu berlebihan.
Ia membandingkan, di RSUD Bogor jumlah (Aparatur Sipil Negara) ASN hanya 34 orang dan jumlah tenaga non ASN 800 an dengan jumlah tempat tidur pasien hampir 500. Berbeda dengan Majene, jumlah ASN mencapai 150 dan 500 tenaga honorer. Padahal jumlah tempat tidur di RSUD Majene hanya 120.
“Memang kita butuhkan yang siap bekerja secara profesional, jangan yang hanya (bisa) lenggak-lenggok kiri kanan. Itu yang membuat pendapatan (kurang). Kita tidak terlalu bisa berbuat. Kenapa? Karena terlalu banyak karyawan,” kata dr Rahmat yang dikonfirmasi, Selasa 10 Oktober 2017.
Ia mengungkapkan, pendapatan RSUD Majene mencapai Rp 2,5 miliar per bulan dan habis untuk gaji karyawan Rp 700 juta. Selain itu, sebelum memulai rencana pengurangan tersebut, pihaknya dalam waktu dekat akan konsultasi dengan Bupati Majene, Fahmi Massiara.
dr Rahmat juga mengatakan, proses pengurangan itu akan dilakukan dengan seleksi ketat. Untuk mengantisipasi nepotisme, pihaknya akan menyarankan ke Fahmi Massiara untuk melibatkan pihak ketiga. Dalam hal ini, jasa tim independen yang terdiri dari akademisi dan organisasi profesi. (Irwan Fals)