SDN Inpres nomor 55 Deteng-deteng di Kelurahan Totoli, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene disegel oleh warga. Pasalnya, tanah tersebut diklaim sebagai miliknya oleh Hatta dan Muhammad Yasin.
Penyegelan yang menutup rapat pintu ruangan dengan papan ini membuat ratusan siswa terlantar di depan sekolah. Didampingi guru, mereka hanya bisa duduk dibahu jalan sembari membaca buku mereka.
Mereka tidak bisa masuk dalam halaman sekolah. Pasalnya pintu pagar sekolah berada dalam ruangan guru yang pintunya disegel.
Menurut pengakuan Muhammad Yasin, tanah tempat berdirinya sekolah tersebut adalah miliknya. Ia membelinya dari seseorang sebelum sekolah ini berdiri pada tahun 1983.
"Tanah ini milik saya dan ada bukti pembelian pada tahun 1973 dari Puanna Mina," kata Yasin, Senin (11/1/2016)
Dalam surat yang dipegang Hatta dan Muhammad Yasin sebagai bukti pembelian, tanah seharga Rp. 30.000,- tersebut dibeli pada Minggu 11 Maret 1973.
Sebelumnya tanah ini diklaim oleh Almarhum H. Nasaruddin dan tanah tempat sekolah ini berdiri telah dijual kepada pemerintah. Namun pada berita acara pelimpahan kasus oleh Keluraham Totoli ke Kecamatan Banggae, Hatta mengaku baru mengetahui bahwa tanah tersebut dijual kepada pemerintah oleh Almarhum H. Nasaruddin.
Kepala SDN Inpres nomor 55 Deteng-deteng, Jalaluddin Dewel mengatakan, ia juga kaget saat datang di sekolahnya. Semua pintu ruangan disegel dengan papan yang menancap pada pintu.
"Teman disini beritahu saya, penyegelan ini dilakukan kemarin (Minggu 10 Januari 2016) pagi. Kami tidak tahu siapa yang menyegel dan apa alasannya sehingga menyegel sekolah ini," kata Jalaluddin.
Segel baru dibuka setelah dilakukan mediasi antara Dinas Pendidikan Majene, penklaim tanah yang dihadiri oleh Kapolres Majene, AKBP Sonny Mahar Budi Adityawan. Pembukaan segel dibuka oleh Yasin beserta seorang rekannya disaksikan oleh murid dengan didampingi oleh gurunya.
Proses pembukaan segel ini dikawal ketat aparat kepolisian dari Polres Majene.
Kadisdik Majene, Anwar Lazim mengatakan, proses mediasi akan tetap berlanjut tapi proses belajar mengajar harus tetap jalan. "Pembukaan segel ini merupakan hasil dari mediasi, proses mediasi akan tetap berlanjut tapi proses belajar mengajar harus tetap jalan seperti biasa," kata Anwar Lazim.
Setelah segel ruangan kelas dibuka, para murid SD yang berjumlah 149 ini langsung memasuki ruangan untuk belajar. (Irwan)