Abraham mengakui, telemedicine ala desa memang tidak secanggih telemedicine berplatform digital. Namun, melalui upaya yang menghubungkan keterlibatan masyarakat dengan tenaga kesehatan bersama satgas desa/kelurahan, RT dan RW tersebut, telah terbukti efektif untuk mencegah terjadinya transmisi lokal varian Omicron, dan mengurangi keterisian tempat tidur pasien COVID19 di rumah sakit.
“Dari telemedicine ala desa itu, puskesmas, kelurahan, Babinsa, Babinkamtibmas, Kepala Desa, hingga RT/RW saling terlibat dalam memastikan penemuan kasus dan pemberian obat bisa cepat,” ujar Abraham.
“Ini contoh nyata wujud gotong royong di tingkat desa dalam menghadapi Omicron,” lanjutnya.
Abraham juga berharap, kelurahan/desa lain bisa melakukan hal yang sama, yakni membuat inovasi telemedicine-telemedicine lokal, agar lonjakan kasus Omicron bisa ditekan mulai dari level bawah.
“Kita butuh kerja keras dan kerja sama antara pusat dan daerah, terutama di tingkat-tingkat desa. Jika ini terbangun, kita pasti bisa melewati Omicron,” pungkas Bram sapaan Abraham. (KSP)