
Nur Amaliyah dalam pangkuan ibundanya, Burdawati.(foto : Mukhtar)
Majene, MANDARNEWS.COM – Sebuah benjolan berukuran lebih besar dari bola pingpong (bola tenis meja) bersarang di kepala bayi berumur 8 bulan. Kedua orang tuanya yang hidup pas-pasan kuatirkan biaya perobatan anaknya.
Sepintas Nur Amaliah, bayi yang menderita benjolan di kepalanya itu, tak nampak menderita penyakit. Karena seperti bayi umumnya yang sehat, ia tidak rewel bahkan murah senyum terhadap orang yang bermain dengannya.
Namun tidak bagi kedua orangtuanya, Hapriadi dan Burdawati. Warga Kelurahan Pangaliali Kecamatan Banggae Kabupaten Majene ini yang menanggung derita anaknya. Mereka hancur hatinya membayangkan anaknya kelak jika benjolan di kepalanya tak kunjung hilang.
Sebenarnya benjolan itu sudah ada sejak lahir tapi masih kecil sekali,” kata Burdawati lirih menahan sedihnya.
Benjolan di kepala anak yang lahir melalui operasi Caesar (baca: sesar) itu kian bertumbuh besar. Tapi Burdawati dan suaminya tak bisa berbuat banyak. Penghasilan dari seorang buruh nelayan yang dilakoni Hapriadi, ayah Nur Amaliah, hanya mampu menutupi kebutuhan mereka berempat sehari-hari. Nur Amaliah, anak kedua dari pasangan ini. Anak pertama mereka bernama Maulidiyah (4 tahun). Maulidiyah tidak menderita gangguan seperti yang dialami adiknya.
Benjolan di kepala bagian belakang Nur Amaliyah bisa kembang kempis. Benjolan menembus keluar yang sepertinya tak memiliki batok di area benjolan itu. Sehingga jari orang dewasa bisa menekan benjolan itu ke dalam tapi akan keluar kembali setelah tekanan di lepas.
Nur Amaliyah bukan tak pernah dilihat dokter. Burdawati pernah membawa anaknya ke RSUD Majene. Tapi rupanya keterbatasan alat di RSUD Majene dan kemampuan keuangan keluarga pasien menghambat penanganan benjolan Nur Amaliah.
Nur Amaliah harus dirujuk ke Makassar. Sementara orang tuanya tak punya biaya dan Nur Amaliah tak punya kartu BPJS. Waktu itu ia baru berusia kurang dari lima bulan.
Kini, Nur Amaliyah sudah delapan bulan usianya. Benjolan di kepalanya juga semakin besar dan lubang terkoraknya juga semakin luas. Keresahan orangtuanya pun kian menjadi.

Di ambang keputusasaan, kartu BPJS Nur Amaliyah keluar. Burdawati segera membawa anak keduanya itu ke rumah sakit. Kini ia tinggal menunggu rujukan.
Tapi kepemilikan kartu BPJS dan surat rujukan yang sebentar lagi keluar belum sepenuhnya menggembirakan bagi keluarga nelayan ini. Hapriadi dan Burdawati masih memikirkan biaya perobatan dan biaya hidup selama di Makassar.
“Saya dengar pak meski ada kartu BPJS masih saja ada obat yang harus dibayar. Mana lagi harus ada uang untuk biaya hidup selama di Makassar,” kata Burdawati polos mengakui kondisi keuangannya.
Keberadaan anak yang menderita benjolan di kepalanya ini diketahui Mandar News dari seorang pegawai Kelurahan Pangaliali yang bercita-cita jadi pekerja sosial, Mukhtar. Ia memposting temuannya itu ke sosial media. Ia juga mengirim pesan di inboks fb redaksi.
Mukhtar mengatakan, saat ini, dirinya mengupayakan penggalangan dana. Dia mengaku telah menghubungi Wakil Bupati Majene Lukman Nurman dan hasilnya, mantan ketua DPRD Majene itu mengaku akan memberikan santunan.(rizaldy)