Majene, mandarnews.com – Berbagai macam alat kontrasepsi disediakan pemerintah untuk untuk mengendalikan angka perumbuhan penduduk pada program Keluarga Berencana (KB). Namun yang paling diminati masyarakat saat ini ialah metode suntik dan pil bagi kaum Perempuan.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang KB Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Majene Muhammad Ilyas Kamis 22 Juni 2017. Menurut Ilyas, kedua metode tersebut diminati karena dianggap mudah penerapannya dan sudah sangat familiar di masyarakat.
Sejak tahun 2015 hingga 2017 ini, angka pengguna jenis kontrasepsi itu di Kabupaten Majene, terus mengalami peningkatan. Padahal kata Ilyas, terdapat sejumlah pilihan lain yang dapat digunakan dalam merencanakan kehamilan. Diantaranya kondom, IUD, vasektomi dan tubektomi.
Khusus untuk vasektomi dan tubektomi kedua metode kontrasepsi ini, kata Ilyas patut dicoba. Sebab menurut dia efeknya berjangka panjang, tidak beresiko terhadap kesehatan, dan tingkat keberhasilannya 99 persen serta tidak mengganggu hubungan seksual.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kontrasepsi jenis tubektomi untuk wanita
dan vasektomi untuk pria. Kontrasepsi mantap ini merupakan suatu metode kontrasepsi permanen yang dilakukan terhadap saluran telur wanita (sterilisasi) atau saluran bibit pria (vasektomi) sehingga dapat menghalangi pertemuan ovum dan sperma dan dapat mencegah terjadinya kehamilan.
Sterilisasi merupakan salah satu metode kontrasepsi secara operatif untuk mencegah kehamilan. Pada wanita dilakukan dengan tubektomi sedangkan pada pria disebut vasektomi. Dulu sterilisasi pada wanita memang dilakukan dengan pengangkatan rahim, tapi sekarang tidak lagi, apalagi dengan kemajuan teknologi. Maka sterilisasi pada wanita cukup dengan mengikat saluran tuba atau tubektomi.
Berdasarkan artikel di tanyadok.com, secara umum vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran sperma (vas deferens) pria sementaraTubektomi adalah proses sterilisasi dengan cara mengikat saluran telur (tuba falopi).
“Disini, pegawai DPPKB Majene sudah ada dua orang yang menggunakannya,” bebernya.
Namun menurut dia, pemasangan dan pelepasan kedua metode kontrasepsi itu memang agak rumit, sebab harus ditangani orang yang ahli di bidang itu.
“Untuk pemasangan harus dioperasi kalau mau dipasangi. Begitu pula pelepasannya. Tapi saya rasa itu tidak rumit,” terangnya.
Ilyas menilai hal demikian patut dicoba. Sebab terkadang kaum wanita yang telah melahirkan beberapa kali, merasa enggan untuk memakai kontrasepsi lagi.
“Contoh lainnya, kalau si istri tidak ada alat kontrasepsi yang cocok untuknya,” ucapnya.
Sehingga ia berharap, pihaknya mampu merealisasikan target yang telah ditetapkan pemerintah. Baik itu standar kabupaten maupun standar provinsi. Untuk target kabupaten sebesar 3763 akseptor per tahunnya. (Ashari)