(Kadis Kesehatan Sulbar, Dr. Achmad Azis menyampaikan materi sosialisasi)
Majene, mandarnews.com – Setiap tanggal 25 April, dunia memperingati hari Malaria Sedunia. Penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan dari nyamuk Anopheles ini merupakan penyakit paling mematikan dalam sejarah manusia.
Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 4,2 miliar orang, hampir separuh populasi dunia rentan terserang malaria. Pada 2015, ditemukan 214 juta orang terinfeksi malaria dan 438.000 di antaranya meninggal. Angka kematian akibat malaria jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ebola yang memicu kematian 4000 orang di Afrika tahun 2015 lalu.
(Sumber Dinkes Majene)
Di Kabupaten Majene sendiri pernah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria pada tahun 2009. Bahkan mencapai 687 kasus. Perlakuan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Majene dinilai berhasil.
Angka kasus penyakit mematikan tersebut terus mengalami penurunan. Data terakhir tahun 2016 ada 20 kasus dan pada tahun 2017 angka itu semakin turun.
(Sumber Dinkes Majene)
Data malaria ini diungkapkan Kadis Kesehatan Majene, drg. Nurwan Katta saat menyampaikan materi pada “Sosialisasi Eliminasi Malaria Kab. Majene Tahun 2018″ di Ruang Pola Kantor Bupati Majene, Rabu 7 Juni 2017.
Tujuan program eliminasi malaria, terwujudnya masyarakat Majene yang sehat dalam lingkungan yang terbebas dari penularan malaria pada tahun 2018,” kata drg. Nurwan Katta.
Sosialisasi ini dihadiri Kadis Kesehatan Sulbar, Dr. Achmad Azis dan dibuka langsung oleh Bupati Majene, Fahmi Massiara yang menyambut baik sosialisasi ini. Sejumlah peserta hadir dari instansi terkait dan dua kepala desa di Ulumanda, Desa Sambabo dan Salutambung turut hadir karena wilayahnya terdapat kasus malaria.
Menurut Dr. Achmad Azis, ada beberapa tahapan penanggulangan penyakit malaria. Tahap pertama pemberantasan, pra-eliminasi, eliminasi dan terakhir pemeliharaan. Kabupaten yang mencapai pada tahap pemeliharaan, akan mendapakan sertfikasi WHO.
“Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografi tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali,” kata Ahmad.
Di Sulbar sendiri hanya dua daerah yang masuk tahapan eliminas dan masuk penilaian dari pusat. Daerah itu adalah Kabupaten Polewali Mandar (Polman) dan Majene. Hanya saja, setelah penilaian ada import penyakit malaria yang terjadi di Desa Sambabo dan Salutambung, Kecamatan Ulumanda sehingga Majene masih harus melakukan upaya agar bisa berada tahapan eliminasi. Bahkan bisa berada pada tahapan pemeliharaan agar dapar meraih penghargaan WHO.
“Kabupaten atau kota yang mencapai eliminasi malaria tahun 2016 hanya satu dari enam kabupaten di Sulbar, yaitu Polman,” ungkap Ahmad.
Upaya pencegahan dan penanggulangan malaria, masyarakat diharapkan ikut serta membantu pemerintah dalam menyukseskan upaya tersebut. Lanjut Ahmad, ada beberapa strategi pemeliharaan pasca eliminasi malaria.
Diantaranya, penguatan surveilans, penguatan kemandirian masyarakat, penguatan kemitraan, penguatan komitmen, dan penguatan jejaring tata laksana. (Irwan)