Ratusan murid Sekolah Dasar Negeri 28 Inpres Luaor, Kecamatan Pamboang Kabupaten Majene terpaksa belajar di kelas darurat untuk melakukan kegiatan belajar karena ruang kelas sekolah tidak cukup menampung murid. Kondisi ini membuat para siswa sulit untuk berkonsentrasi menerima pelajaran dari gurunya lantaran panasnya cuaca dalam kelas darurat yang beratapkan seng.
Kondisi di SDN 28 Luaor ini sudah berlangsung bertahun-tahun terpaksa mengikuti pelajaran dalam kelas darurat yang dibuat berseblahan dengan kantin sekolah. Dalam kelas darurat, siswa tidak memakai bangku seperti ruang kelas pada umumnya, melainkan memakai papan yang dimodel seperti bangku yang tingginya hanya sekitar 10 cm.
Selain kelas darurat yang dibuat dekat kantin, pihak sekolah juga memanfaatkan lahan kosong depan sekolah dengan membangun kelas darurat yang beratap dan berdinding seng. Tak hanya itu, pihak sekolah juga menggunakan ruangan perpustakaan untuk dijadikan ruangan kegiatan belajar mengajar.
SDN 28 Luaor memiliki 268 murid yang dibagi 12 rombongan belajar yang terdiri dari kelas 1 A, 1 B sampai dengan 6 A dan 6 B. Masing-masing kelas rata-rata terdiri dari 22 murid yang memaksa pihak sekolah untuk memutar otak agar kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung secara normal.
Pihak sekolah membangun 2 ruang kelas darurat yang berada di belakang ruang guru dan halaman kosong depan sekolah yang menampung kelas 1 B dan 3 B. Rombongan belajar kelas 4 B melakukan aktifitas belajar di ruangan perpustakaan. Sedangkan 3 diantaranya kelas 5 A, 6 A dan 2 B belajar disore hari yang diberlakukan secara bergatian setiap minggunya dengan kelas lain.
Menurut Kepala SD 28 Inp. Luaor saat ditemui Mandar News, Raduma, keadaan ini disebabkan oleh jumlah ruangan kelas berjumlah 6 ruangan tak mampu menampung murid yang rombongan belajarnya mencapai 12 rombongan belajar.
"Jumlah siswa mendaftar di sekolah ini melimpah setiap tahunnya dan tidak mungkin kami menolak siswa yang ingin mendaftar dan sekolah disini," kata Raduma.
Selain ruang kelas tidak cukup, bertambahnya jumlah siswa setiap tahunnya diduga karena keberhasilan program keluarga berencana di Luaor sehingga pertambahan penduduk tidak terkendali. SDN 28 Inp. Luaor berdempetan SDN 1 Luaor yang jumlah siswanya juga mencapai 238 siswa.
Hingga saat ini pihak sekolah mengaku belum mendapatkan kepastian dari pemerintah mengenai kapan kekurangan ruangan kelas ditambah agar dapat menampung murid.
"Tidak usah rehab terus tapi silahkan ruangan kelas ditambah," kata Raduma.
Sementara ini pihak sekolah dan murid hanya bisa pasrah lantaran harus bersabar lebih lama lagi untuk kembali belajar diruangan kelas. Untuk kegiatan belajar mengajar guru dan murid terpaksa menempati kelas darurat. Pihak sekolah berharap penambahan ruang kelas segera dilakukan secepatnya agar tidak mengganggu aktifitas belajar siswa. (Irwan)