Aksi arak-arakan dan corat coret baju seragam masih mewarnai hari pengumuman kelulusan pelajar SMA sederajat. Himbauan Menteri Pendidikan seakan hanya ‘angin lalu’ belaka.
Mandar News sempat melakukan pemantauan di Kecamatan Sendana, Kecamatan Pamboang, dan di ibukota Kabupaten Majene. Masih banyak pelajar yang melakukan arak-arakan dengan raungan knalpot (bogar ataupun standar) motor.
Mereka yang arak-arakan sebagian besar tidak mengenakan pelindung kepala atau helm.
Di Sendana dan Pambaong mereka beraksi dengan bebas tanpa takut terhadap petugas. Menurutnya anggota Polsek Sendana, minimnya personil membuat kewalahan dalam menertibkan siswa. Dari pantauan Polsek, pelajar yang arak-arakan bukan saja dari pelajar Sendana melainkan dari luar Sendana.
Guru SMA Negeri I Sendana, Rukman, menyebut bahwa berdasarkan surat dari Dinas Pendidikan tentang larangan arak-arakan dan coret-coretan baju sekolah sudah disampaikan oleh Dewan Guru, namun sayangnya itu semua tidak di indahkan oleh pelajar.
Rukman, sewaktu berkendara dari Majene ke Sendana sempat menegur gerombolan siswa yang ugal-ugalan dijalan yang memenuhi jalan, tapi gerombolan siswa itu malah balik meneriakinya.
Gerombolan tersebut merupakan gabungan pelajar dari Majene, Pamboang, dan Sendana. Menurutnya, seharusnya ada petugas yang menghadang agar mereka tidak bisa bergerombol.
Demikian halnya di Pamboang, para guru melakukan rapat dan menyampaikan himbauan menteri. Setelah itu pengumuman kelulusan dimulai. Tapi himbauan itu tidak diindahkan.
Sementara di Kota Majene, mereka harus ‘kucing-kucingan’ dengan petugas. Petugas dengan ketat melakukan pengawasan bahkan pengejaran untuk melarang aksi arak-arakan. Tapi para pelajar ini tak ‘mati akal’. Mereka membagi kelompok-kelompok kecil secara terpisah sehingga petugas kelihatan kewalahan menghalau banyaknya rombongan kecil.
Mengenai himbauan mengumpulkan baju seragam yang masih bisa digunakan untuk disumbangkan kepada pelajar yang membutuhkan, tidak ada kabar yang bisa melakukannya. Pasalnya, nyaris semua dicorat-coret. Hari pengumuman mereka datang dengan baju bersih tanpa coretan. Ternyata baju itu adalah hasil pinjaman lalu dikenakan menutupi baju seragam mereka yang sudah dicoreti macam-macam.
Begitu pengumuman berlangsung, mereka tinggal menanggalkan baju luar. Maka kelihatan baju yang sudah dicorat-coret.
Untuk mencegah aksi arak-arakan di tahun mendatang. Sepertinya Menteri Pendidikan atau pun Dinas Pendidikan harus mencari cara baru karena jika hanya berupa himbauan, sudah terbukti tidak dilaksanakan di Majene.
Himbauan ini sudah ada daerah lain yang berhasil tidak melakukan aksi arak-arakan dan corat-corat melainkan melakukan kegiatan yang bermanfaat.(haslan/ilham)