Majene – Krisis air bersih yang bertahun – tahun kerap dialami warga Buttu, Kelurahan Tande, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene akhirnya teratasi. Hal ini terjadi setelah pemerintah pusat melalui Badan Geologi turun tangan melakukan pengeboran hingga kedalaman 137 meter di bawah tanah di puncak bukit Buttu, Tande.
Bahagia atas berakhirnya krisis air bersih, warga Buttu menggelar sykuran dengan pesta ketupat bersantan atau dalam bahasa Mandar disebut Atupe Nianjoroi, Minggu 30 Oktober 2016. Pesta ketupat sebagai bentuk kebahagiaan atas berakhirnya krisis air bersih tersebut digelar warga, tak jauh dari bak penampungan air.
Ratusan orang hadir dalam acara tersebut, mulai dari warga Buttu baik yang ada di Buttu maupun tinggal di luar Buttu, kepala Dinas Pertambangan Majene Muhammad Ashar Malik, camat Banggae Timur, Busri, Lurah Tande Muhammad Wajdy serta kepala lingkungan Buttu, Mas’ud.
Acara syukuran berakhirnya krisis air tersebut berlangsung semarak, selain ketupat bersantan, panitia juga menyediakan sejumlah makanan khas tradisional Mandar lainnya seperti Pisang Bersantan ( Loka Anjoroi), Kappalong dan Lameayu Anjoroi ( Ubi Rebus Bersantan ).
“Kami menggelar acara ini sebagai rasa syukur, puluhan tahun sudah kami selalu kesulitan air terutama di musim kemarau, sekarang dengan suksesnya pengeboran ini, kesulitan air bersih sudah bisa teratasi,” kata ketua panitia syukuran, Sahid Poling.
Menurut Sahid yang juga aktivis Lembaga Pemuda Tande ( LPT ), pengeboran oleh Badan Geologi Pusat dapat terlaksana di Tande berkat bantuan sejumlah pihak antara lain lurah Tande Timur serta Dinas Pertambangan Majene.
Sahid menjelaskan sebelum Pemerintah Pusat melalui Badan Geologi turun tangan melakukan pengeboran, warga beberapa kali melakukan pengeboran secara swadaya namun karena terbatasnya alat menembus dalamnya perbukitan, upaya itu selalu gagal.
H. Zikir Juga Banyak Membantu
Keterangan yang diperoleh, sebelum Badan Geologi pusat turun, warga Tande mengandalkan sumur yang berada di lembah lingkungan Tande. Warga terbantu dengan pompa air dari sumur mengalir ke rumah warga dimana biaya listrik pompa selama bertahun – tahun ditanggung pengusaha Mandar asal Tande, H. Zikir Sewai.
Kendati begitu, air dari sumur sering kering bila masuk musim kemarau., sehingga warga terus berupaya mencari sumber air yang lebih banyak. Warga menggali secara manual namun selalu gagal mencapai kedalaman maksimal.
Melalui berbagai upaya, Badan Geologi Pusat akhirnya turun mengerahkan alat yang lebih modern, pengeboran sedalam 137 meter akhirnya mampu menarik air dari dalam perut bumi Tande.
” Volume air yang tersedia saat ini adalah 0,5 per detik atau setara dengan 12 liter per menit, ini sangat membantu warga Buttu Tande dalam memenuhi kebutuhan air bersih, sekali lagi terima kasih atas bantuan semua pihak,” kata Sahid yang juga staf di kantor kelurahan Tande Timur.
Setelah pada Minggu siang, warga bersama pemerintah menggelar doa dan makan bersama. Syukuran air bersih dilanjutkan pada Minggu malam dengan agenda pemutaran film tentang pengerjaan pengeboran dari awal hingga selesaianya pengeboran. (Irwan)