Terlihat tanaman bawang merah para petani kering dan kerdil.
Majene, mandarnews.com – Dampak El Nino mulai dirasakan masyarakat tani Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Seperti hal yang dialami Kelompok Tani Bura Balisa, yang berada di Lingkungan Salabulo, Kelurahan Tande Timur, Kecamatan Banggae Timur, Majene.Â
Pasalnya, baru sekitar 1 bulan lebih tak hujan, sejumlah tanaman mereka mulai mengalami kekeringan hingga gagal panen. Bahkan para petani juga terpaksa menunda penanaman tanaman lainnya karena adanya kondisi ini, padahal lahan sudah digarap dan siap ditanami.
Asruddin Ketua Kelompok Tani Bura Balisa mengatakan terpaksa mereka menunda penanaman karena kekeringan yang terjadi.
Ia menyebut, terjadinya kekeringan membuat bawang merah yang terlanjur sudah ditanam mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan membuat tanaman bawang merah tidak tumbuh dengan baik. Sehingga hasil bawang merah menjadi kerdil dan tidak bisa dipasarkan.
“Jadi pertumbuhannya menjadi terhambat hingga bawang merah yang dihasilkan menjadi kerdil dan tidak bisa dipasarkan atau gagal panen,” jelas Asruddin, Sabtu (12/8/23).
Selain pertumbuhan kerdil, tanaman lainnya seperti tomat kata Asruddin juga mengalami kekeringan. Dimana tanaman tomat yang harusnya bisa dipanen berkali-kali terpaksa harus sekali panen karena pohon tomat yang kering dan potensi mati.
Kelompok Tani Bura Balisa yang tergabung dalam pelaksana Food Estate (kawasan pangan) di Kabupaten Majene ini berharap ada bantuan pengadaan perpipaan atau sumur bor dari Pemerintah setempat agar ketersediaan kebutuhan air dapat tercukupi. Apalagi para petani telah mengalami gagal panen yang menyebabkan kerugian.
“Yang kami harapkan saat musim kemarau saat ini adalah bantuan perpipaan dan lainnya seperti sumur bor. Karena mesin air saat ini hanya satu, sehingga tidak mampu untuk bisa digunakan melakukan penyiraman secara keseluruhan. Meskipun hasil penyiraman secara manual dengan alami karena hujan tidak akan pernah sama,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Pelaksana Food Estate (Kawasan Pangan) di Kabupaten Majene, Burhan Usman mengaku pilu melihat kondisi petani saat ini.
Menurutnya, dari sembilan (9) kelompok Tani yang tergabung dalam Food Estate di Kabupaten Majene, hampir tiap-tiap kelompok tani mengalami kekeringan hingga 40 persen dan gagal panen.
Bahkan ia menyebut, kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan tanaman bawang merah dan tomat, tapi juga tanaman lainnya. Seperti hal cabai rawit.
Ia menyebut, cabe yang harusnya berbuah dan memiliki ukuran tanaman cukup tinggi, justru terlihat kerdil dan baru berbunga karena pertumbuhan yang tidak baik.
Usman berharap, ada perhatian dari Pemerintah melihat kondisi yang dialami para petani dengan memberikan bantuan berupa alat untuk bisa mencukupi kebutuhan ketersediaan air, meskipun penyiraman manual tidak sama hasilnya dengan secara alami.
“Harusnya ada perhatian dari Pemerintah melihat kondisi ini. Seperti hal bantuan sumur bor. Di sini ada sumber air hanya saja alat untuk mengangkat air terbatas dan tidak mampu menyirami semua tanaman yang ada di sini,” kata Burhan, petani yang juga tergabung dalam Kelompok Tani Bura Balisa ini
Padahal kata Burhan, kawasan ini masuk dalam kawasan Food Estate (kawasan pangan) yang bisa menjadi salah satu tempat kebanggaan Pemerintah Daerah.
Dari data yang berhasil dihimpun Mandar News luas lahan yang kawasan pangan di Kabupaten Majene ini sebanyak 157 hektare. Sementara yang sudah dikelola oleh para Kelompok Tani, sebanyak 50 hektare dengan sembilan kelompok tani tergabung. Dan terdiri dari kelompok Tani dari Kelurahan Tande dan Kelurahan Tande Timur.
(Mutawakkir Saputra)