
Saat aliansi mahasiswa STAIN Majene melakukan aksi unjuk rasa di pintu masuk kampus, Jumat (13/10/2023).
Majene, mandarnews.com – Aliansi mahasiswa STAIN Majene melaksanakan aksi unjuk rasa di kampus STAIN Majene, Jumat (13/10/23) pagi.
Dari aksi tersebut puluhan mahasiswa STAIN Majene melakukan blokade jalan di gerbang utama STAIN Majene dengan membakar ban bekas serta melakukan orasi di lokasi itu.
Setelah berorasi di gerbang STAIN Majene, massa kemudian bergeser ke depan Rektorat dan melakukan orasi. Aksi yang dilakukan di depan Rektorat STAIN sempat diwarnai kericuhan karena keamanan kampus bersitegang dengan massa yang mencoba melakukan pembakaran ban bekas namun dilarang oleh pihak keamanan kampus. Beruntung situasi memanas tidak berlangsung lama dan dapat teredam.
Koordinator lapangan, Muh Syahrul Akbar yang dikonfirmasi menyebut aksi yang dilakukan merupakan tindak lanjut dari aksi yang dilakukan 3 bulan sebelumnya. Dimana massa meminta janji-janji dari birokrat kampus terkait percepatan pemenuhan fasilitas kampus, seperti ketersediaan air, palfon dan pendingin ruangan.
“Jadi memang ada janji dari birokrat kampus STAIN Majene bahwasanya akan menyediakan secepatnya fasilitas yang dijanjikan, sebelum mahasiswa baru mulai masuk. Namun nyatanya maba sudah masuk tapi fasilitas itu belum terpenuhi. Plafon-plafin sudah rusak, ketersediaan air bersih sulit, belum lagi saat kami berada di lantai satu ataupun dua pendingin ruangan hanya seolah pajangan dan tidak difungsikan sehingga mahasiswa mengeluh kepanasan termasuk kurangnya proyektor yang ada di sini,” jelas Syahrul.
Selain pemenuhan fasilitas kampus, mereka juga meminta agar pihak kampus transparan terhadap dana organisasi kemahasiswaan dan anggaran kampus tahun 2023.
“Dan yang paling penting juga bahsawanya beberapa mahasiswa akan diwisuda nantinya, namun biaya wisuda bagi kami cukup tinggi dimana nominalnya hingga Rp. 850.000,-. Ini cukup mahal bagi beberapa mahasiswa. Mungkin inilah sehingga beberapa mahasiswa belum membayar uang wisuda,” tandas Syahrul.
Dari data yang didapatkan, Syahrul menyebut ada sekitar 10 lebih mahasiswa yang belum membayar uang wisuda. Dan pihak kampus melakukan pemesanan baju wisuda tanpa mengetahui jumlah mahasiswa yang akan diwisuda.
Sementara itu, Wakil Ketua III STAIN Majene Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Anwar Sadat, S.Ag., M.Ag menyebut bahwa apa yang menjadi tuntutan mahasiswa selama ini utamanya terkait pemenuhan fasilitas kampus telah diperjuangkan.
“Kami pihak kampus juga sementara memperjuangkan hal ini. Namanya perjuangan butuh proses. Tidak bisa sekaligus apalagi anggaran kita terbatas. Intinya kami sementara memperjuangkan STAIN Majene. Karena kita harus menjaga kampus kita ini,” jelas Anwar.
Terkait transparansi dana, meskipun dalam amanat undang-undang menyebut tentang transparansi anggaran, Wakil Ketua III ini menyebut bahwa hal tersebut tidak bisa serta merta dilakukan. Untuk dokumen negara bersifat rahasia kami belum bisa serta merta memperlihatkan. Dan biasanya hal itu baru bisa kita lakukan setelah pemeriksaan dari inspektorat.
Menanggapi biaya wisuda yang juga menjadi tuntutan mahasiswa, Anwar Sadar belum bisa menjelaskan lebih jauh terkait hal itu. Pasalnya hal itu bukan bidangnya.
Namun ia menganulir bahwa jumlah mahasiswa yang belum membayar uang wisuda tidak sampai 10 orang. Melainkan hanya 3 mahasiswa.
“Jelasnya apa yang menjadi harapan mahasiswa ini akan kami sampaikan ke Ketua. Dan saya siap memfasilitasi melakukan pertemuan massa nantinya dengan Ketua STAIN Majene. Tapi kami minta agar tidak menghalangi pelaksanaan wisuda nantinya,” tutup Anwar.
(Mutawakkir Saputra)