Pekerja jaringan PLN
Mamasa – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) cabang Kabupaten Mamasa menyoroti kinerja PLN yang dinilai masih kurang maksimal dalam pelayanan masyarakat.
Ketua GMKI Mamasa, Pampang Tiku saat dikonfirmasi di sekretariatnya, Rabu (5/9), mengatakan PLN Mamasa sebaiknya mengevaluasi kinerja agar pelayanan masyarakat benar-benar terlaksana dengan baik.
Kata dia, Jangankan wilayah yang jauh seperti Kecamatan Pana’, Nosu , Bambang dan daerah pelosok lainnya, wilayah sekitar poros Polewali – Mamasa saja banyak pemukiman yang belum menikmati jaringan listrik padahal telah ada permintaan misalnya Bussu di Desa Mesakada, Tabone dan Batangnguru dimana beberapa tiang telah dipasang namun jaringan belum juga tersambung.
“Masih banyak juga permintaan warga namun belum juga terlanyani misalnya di Desa Taupe yang diusulkan sejak tahun lalu. Saya sendiri sejak Mei 2018 telah mendaftar namun belum juga terlanyani,” ujarnya.
Ia menekankan, PLN Mamasa perlu dievaluasi karena masih banyak titik pemukiman warga yang dilalui jaringan listrik justru tidak menikmati aliran listrik belum lagi sering mati lampu.
Sementara BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), Hermanto Unggu menyampaikan ada kesan bahwa PLN memberikan perlakuan khusus pada daerah-daerah tertentu sebab pelayanannya belum mampu menjangkau permintaan masyarakat secara maksimal.
Ia berharap, kedepannya PLN kembali mengevaluasi kinerja agar masyarakat benar-benar terpenuhi kebutuhan akan energi listrik sebab hal itu adalah kebutuhan dasar manusia.
Menurutnya, Mamasa adalah salah satu sumber air bagi energi listrik PT.PLN di Bakaru sehingga untuk Kabupaten Mamasa harus diberikan perhatian khusus hingga wilayah pelosok.
Merespon hal itu Kepala Rayon PT. PlN Mamasa, Sandi Sanggaria saat dikonfirmasi via telpon dihari yang sama menjelaskan, sejak akhir 2017 jumlah pelanggan se-Kabupaten Mamasa 11.690 dengan rasio desa yang terlayani telah mencapai 51 %.
Ia menerangkan, kendala yang terjadi sehingga pemasangan jaringan listrik di masyarakat lamban karena masih banyak warga yang memilih turbin selain itu tingkat pendapatan yang masyarakat tidak menentu membuat beberapa warga enggan melakukan penyambungan listrik lantaran tidak memiliki uang.(Hapri Nelpan)