Majene, mandarnews.com – Sebuah helikpoter TNI AD Bell 412 EP HA-5179 milik Kodam XIV Hasanuddin Makassar mendarat darurat di Lapangan Sepak Bola Baturoro, Desa Tubo Selatan, Kecamatan Tubo Sendana. Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), Sabtu 16 September 2017 sekitar pukul 15.50 wita.
Helikopter yang dikemudikan pilot, Lettu CPN Frydo dan co pilot Rizki Yudistira memutuskan untuk mendarat darurat karena cuaca buruk. Salah satu kru helikopter, Serka GNP Suparsa mengatakan, hal itu sudah sesuai standard operating procedure (SOP).
“Intinya itu kita menyelamatkan alutsista (alat utama sistem pertahanan) helikopter dan manusia. Ngapain kita paksa, lagian juga tidak ada kami kejar. Beda kalau perang, harus sampai. SOP kami itu,” kata Suparsa.
Menurut Suparsa, jika terus dipaksakan helikopter menembus awal hitam tebal yang disertai hujan akan beresiko tinggi. Sebab, jika terjadi kilat maka akan membahayai semua intrumen yang menggunakan listrik pada helikopter.
Helikopter tersebut membawa lima orang. Diantaranya, pilot Lettu CPN Frydo, co pilot Rizki Yudistira, Serka GNP Suparsa, Sertu Simanjuntak dan Serda Roziqin. Mereka dari Banjarmasin, Kalimantan Selatam (Kalsel) tujuan Makassar.
Sementara itu, Lettu CPN Frydo menjelaskan kronologi peristiwa pendaratan darurat helikopter milik TNI AD tersebut. Helikopter ini ke Banjarmasin mengikuti kegiatan pelepasan prajurit ke perbatasan dan agenda kunjungan Presiden Jokowi.
Setelah semua kegiatan tersebut selesai, helikopter ini pun akan pulang kembali Makassar melalui rute Banjarmasin, Balikpapan, Mamuju dan Makassar.
Helikopter ini berangkat pukul 08.30 Wita dari Banjarmasin ke Balikpapan dan tiba pukul 10.30 wita. Selanjutnya, helikopter ini berangkat pukul 11.20 wita ke Mamuju dan tiba pukul 12.50 wita di Bandara Tampa Padang.
“Kalau dari Banjarmasin ke Balikpapan tidak ada apa-apa. Balikpapan kesini (Mamuju) ada awan tapi kita masih bisa hindari,” kata Frydo.
Perjalanan pun dilanjutkan dari Bandara Tampa Padang, Mamuju pukul 14.37 wita menuju Makassar. Namun, saat memasuki wilayah Baturoro, cuaca buruk pun menghambat perjalanan pulang helikopter ini.
Awan tebal hitam dan disertai hujan memenuhi langit Baturoro. Frydo mengatakan, ia sempat berusaha menghindari awan tebal dengan terbang rendah sampai ketinggian 300 meter dari permukaan laut (mdpl). Tapi itu tidak berhasil karena masih tertahan awan serupa.
“Itu awan masih ada dibawah, kalau saya turunin lagi (helikopter), tidak berani saya. Malah lebih bahaya,” ungkapnya.
Frydo pun memutuskan untuk balik dan mensurvey lokasi persiapan pendaratan darurat. Helikopter ini pun berputar mencari ruang terbuka hingga akhirnya menemukan Lapangan Baturoro.
Setelah itu, Frydo kembali berusaha untuk melewati awan tebal itu dengan terbang keatas ke ketinggian 6000 kaki. Ternyata, awan hitam dan tebal itu masih ada hingga akhinya ia memutuskan untuk balik arah dan melakukan pendaratan darurat di lokasi yang telah disurvey Lapangan Baturoro sekitar pukul 15.50 wita.
Saat ini, helikopter tersebut masih berada di lapangan tersebut dengan penjagaan ketat dari Koranmil dan Polsek Sendana. Rencananya, perjalanan helikopter ini akan dilanjutkan ke Makassar besok pagi, Minggu 17 September 2017 pukul 07.00 wita jika cuaca cerah. (Irwan Fals)
Bagaimana spesifikasi helikopter Bell 412 EP?
Helikopter TNI AD berjenis Bell 412 EP (Enhanced Performance) mendarat darutar di Baturoro. Seperti dilangsir detik.com yang mengutip dari situs resmi PT Dirgantara Indonesia, Senin 21 Maret 2016, heli multifungsi tersebut adalah produksi PT Dirgantara Indonesia yang mendapat lisensi dari Bell Helicopter Textron. Bagaimana spesifikasinya?
Helikopter tersebut dibuat untuk berbagai misi. Kapasitasnya bisa mengangkut 15 penumpang, dilengkapi dengan turbin dan sistem four blade rotor. Dengan mesinnya, heli ini dirancang untuk melakukan operasi senyap saat siang dan malam.
Heli Bell 412 EP merupakan penyempurnaan dari jenis sebelumnya ayakni Bell-41 HP (High Performance) dan Bell 412 SP (Special Performance). Ada varian untuk militer dan sipil. Khusus sipil, biasanya dipakai untuk misi kemanusiaan dan fungsi lainnya.
Berikut spesifikasi lengkapnya seperti ditulis di situs PT Dirgantara Indonesia:
Main rotor blades : 4
Tail rotor blades : 2
Main rotor diameter : 14 meter
Panjang : 17,1 meter
Tinggi : 4,6 meter
Lebar : 2,5 meter
Ketinggian maks : 6.094 meter
Mesin : 2 x Pratt & Whitney PT6T-D
Kecepatan Max: 259 Km/jam
Jangkauan : 745 Km
Durasi terbang: 3,7 jam