Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Majene menggelar simulasi pencoblosan surat suara bagi penyandang disabilitas, Kamis (26/11/2015). Simulasi yang diikuti oleh puluhan penyandang disabilitas yang terdiri dari tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa dipusatkan di Villa Ina, Kecamatan Sendana.
Sejak pagi para penyandang disabiltas datang dilokasi simulasi pencoblosan dengan diantar pendamping masing-masing. Penyandang disabilitas yang tempatnya jauh dari tempat simulasi dijemput oleh KPUD Majene.
Anggota KPUD Majene, Sulfan Sulo mengatakan, pendirian tempat pemungutan suara (TPS) harus menjamin kemudahan akses bagi penyandang disabilitas menuju TPS.
"Memberi pelayanan dengan maksimal untuk memudahkan penyandang disabilitas dalam menyalurkan hak pilihnya," kata Sulfan.
Kotak suara tidak akan diletakkan terlalu tinggi agar difabel bisa memasukkan surat suara. kaum difabel diperbolehkan membawa pendamping saat proses pemungutan suara. Syaratnya, pendamping menulis pernyataan untuk menjaga kerahasiaan supaya yang dibantu merasa nyaman. Pendamping dapat ditunjuk oleh penyandang disabilitas.
Selain itu TPS yang digunakan harus berlantai rata dan tidak bergelombang agar tidak menyulitkan mereka dalam menggukan hak suara mereka.
KPUD Majene menyiapkan alat bantu mencoblos berupa template yang dilengkapi huruf braile untuk memudahkan para penyandang tunanetra.
Sebelumnya tingkat partispasi pemilih dari kaum difabel mencapai 86%. Jumlah pemilih difabel dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 106 pemilih. Pemilih dari kaum difabel tersebar di 8 kecamatan di Kabupaten Majene.
Dewan Pertimbangan Daerah Sulawesi Barat, Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Sulawesi Barat, Marwan mengaku cara pencoblosan pada Pilkada Majene ini lebih muda dari pada sebelumnya. Selain itu, Marwan berharap agar siapapun yang terpilih jadi pemimpin nantinya agar lebi memperhatikan nasib kaum difabel.
"Kami hanya ingin menggantungkan harapan bagi siapa saja pemimpin yang terpilih nanti dan meminimalisir tentang masalah bagi penyandang disabilitas dan memenuhi hak-hak seperti hak untuk berpendidikan, diberi keterampilan dan diberi pelayanan yang sejajar dengan orang normal supaya tercipta kesejahteraan , kemandidrian yang bermartabat bagi kaum difabel," harap Marwan sesaat setelah mengikuti simulasi. (Irwan)