Jenkatrin diobati secara tradisional oleh adiknya, Yudi.
Mamuju, mandarnews.com – Setelah dua pekan menjalani perawatan intensif dari dokter ahli saraf di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, kondisi Jenkatrin mulai membaik dan telah pulang ke rumah.
Jenkatrin tiba di Mamuju pada 21 Juli 2021 lalu. Kondisi kedua kaki Jenkatrin kini perlahan mulai bergerak dan merasakan sentuhan.
Sebelumnya, pada 30 Juni lalu, Jenkatrin menjalani suntik vaksin dosis pertama dari tim vaksinator Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskemas) Karama di Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju.
Sehari kemudian, Jenkatrin mengalami gelaja pusing dan mual, hingga akhirnya pada malam 1 Juli 2021, kaki Jenkatrin terbujur kaku dan tidak bisa digerakkan.
“Malamnya masih sempat hadiri acara keluarga, pas jalan pulang langsung tiba-tiba jatuh di jalan,” tutur ayah Jenkatrin, Lele Padang.
Sempat dirawat selama enam hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Regional Sulawesi Barat (Sulbar), Jenkatrin kemudian dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo Makassar pada Selasa, 6 Juli lalu.
Saat ditanya hasil pemeriksaan dari dokter ahli saraf di Makassar, Jenkatrin menjelaskan jika berdasarkan keterangan dari dokter yang memeriksanya, kelumpuhan yang dideritanya itu akibat salah satu sarafnya yang tak mampu menerima cairan berupa vaksin yang ia terima beberapa saat lalu.
“Kalau penjelasan secara sederhana yang saya tangkap dari dokter, ada saraf yang lemah. Setelah adanya cairan yang disuntik tiba-tiba kaget dan bertolak belakang dengan saraf saya yang lemah itu,” tutur Jenkatrin, Rabu (21/7).
Berkat perawatan intensif dan latihan fisioterapi yang rutin, pada hari keenam dirawat, Jenkatrin mulai merasakan perubahan pada kakinya, sendi-sendinya mulai terasa dan perlahan jarinya mulai bisa digerakan kembali.
“Yang pasti semua saran dokter saya ikuti dan juga yang rutin itu latihan fisioterapi,” lanjut Jenkatrin.
Berjalan dua pekan, pihak keluarga kemudian mengajukan rawat jalan untuk Jenkatrin. Selain perubahan yang kian membaik, kondisi finansial juga turut menjadi kendala, sehingga pihak keluarga memilih rawat jalan pada Jenkatrin.
“Awalnya dokter tidak mengizinkan, tetapi karena papa dan saya sudah kelelahan ditambah biaya juga sudah tidak ada terpaksa kami minta pulang,” kata Yudi, adik laki-laki Jenkatrin.
Selain disarankan untuk melakukan kontrol di rumah sakit terdekat, Jenkatrin juga disarankan untuk terus melakukan latihan secara mandiri, sembari melakukan pengobatan tradisional dan mengompres kaki dengan air hangat.
“Masih disarankan untuk kontrol ke rumah sakit, sambil juga kita rawat di rumah,” ujar Yudi.
Kepulangan Jenkatrin pun dilakukan secara mandiri oleh pihak keluarga.
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mamuju Alamsyah saat dikonfirmasi enggan berkomentar terkait hal itu.
Padahal sebelumnya, pihak Dinkes Mamuju melalui Alamsyah mengaku akan melakukan pemantauan hingga evaluasi terhadap petugas vaksinator yang bertugas.
“Maaf, saya lagi di jalan menuju Makassar,” jawab Alamsyah via telepon, Rabu (28/7).
Kesembuhan Jenkatrin sebenarnya membawa angin segar. Pasalnya, kasus Jenkatrin sempat membuat publik ragu dengan vaksinasi.
Tindak lanjut dari vaksinasi pun diharapkan tidak hanya sampai pada proses suntik saja, tetapi juga efek yang kemungkinan terjadi pada sebagian masyarakat sehingga publik merasa aman dan nyaman.
Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan dari pihak Dinkes Mamuju.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia