”Jadi, kalau masih ada yang bertanya, itu belum ngerti urusan diplomasi pertahanan. Meskipun saya tahu, beliau ini ke negara-negara tertentu juga dalam rangka melihat alutsista yang ingin kita beli. Bagus atau tidak bagus, benar atau tidak benar, bisa digunakan atau tidak bisa digunakan semuanya dicek secara detail,” sebut Presiden.
Hal lain yang menjadi tantangan, lanjutnya, adalah perkembangan teknologi yang luar biasa sehingga perlu ada antisipasi lompatan teknologi militer dalam jangka 20, 30, sampai 50 tahun kedepan.
”Ini harus dilihat mulai sekarang karena perubahan teknologi sekarang ini begitu sangat cepatnya. Sekarang pun kita sudah merasakan bagaimana teknologi drone diberi senjata bisa mengejar tank, mengejar kendaraan-kendaraan militer, dan menghabisi dari jarak yang dekat maupun tidak dekat dan tepat sasaran,” ucap Presiden.
Kepala Negara menerangkan, beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini perlu dicermati karena sudah nampak dan hadir teknologi dengan berbagai instrumen artificial technology, termasuk pengembangan pesawat tanpa awak yang dilengkapi dengan persenjataan modern.
Pada kesempatan itu, Presiden juga mendorong TNI juga harus berani memulai membangun alutsista yang ada sekarang ini di industri bisnis.
”Itu dimulai dari peralatan militer, entah itu yang namanya GPS, yang dulu namanya HT, yang namanya handphone, yang namanya drone dimulai, baru masuk ke dunia bisnis. Tapi semuanya dimulai dari industri militer, semua negara termasuk di negara kita Indonesia,” tutup Presiden. (rilis Kemkominfo)
Editor: Ilma Amelia