Korban saat dibawa ke PKM 1 Sendana
Majene, mandarnews.com – Seorang mahasiswa yang tengah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) asal Universitas Negeri Makassar (UNM) bernama Handri (23) tewas di Laut Sendana, tepatnya di Pantai Palla-Pallang Dusun Palla-Pallang, Desa Tallu Banua Utara, Kecamatan Sendana, Majene, Kamis (24/10/2019).
Korban diketahui tewas setelah berhasil menolong siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Sendana yang tenggelam pada saat praktik berenang bersamanya.
Korban sendiri merupakan mahasiswa KKN di SMPN 2 Sendana sebagai tenaga pendidik mata pelajaran Olahraga.
Salah seorang teman sesama mahasiswa korban yang berada di lokasi kejadian, Rifki menceritakan, awal mula kejadian ketika ia dan korban menunggu siswa SMPN 2 Sendana di bibir pantai untuk melakukan praktik berenang karena hari itu adalah mata pelajaran siswa Kelas 3 A untuk olahraga dan materinya adalah praktek berenang.
“Siswa kita arahkan ke laut untuk melakukan praktik berenang dan Handri membawa siswa dekat dari bibir pantai,” ucap Rifki.
Ia menjelaskan, saat praktik berlangsung, kondisi air laut memang tengah pasang dan ombak cukup keras.
“Saya tidak di laut, saya hanya di pinggir pantai memantau teman saya yang lagi praktik berenang,” ujar Rifki.
Ketika praktik, lanjutnya, tiba-tiba saja ada enam orang yang terseret arus air laut, dua di antaranya siswa putri.
“Saya melihat teman saya itu menolong siswa putri karena kemungkinan fisik siswa putri itu lemah. Saat itu saya anggap bercanda karena siswa yang teriak-teriak minta tolong sambil ketawa, jadi saya anggap itu biasa, dan belum meresponnya,” kata Rifki.
Tetapi, sebut Rifki, dirinya tiba-tiba diajak nelayan yang melihat kejadian itu untuk mendorong perahu menuju laut guna dipakai menolong siswa dan korban.
“Saat itu saya mulai percaya kalau itu serius, siswa dan teman saya betul-betul terseret air laut kurang lebih 15 meter dari bibir pantai,” tutur Rifki.
Ketika nelayan sampai ke lokasi, tambahnya, ia melihat hanya enam orang saja yang dapat ditolong dan korban tidak berada di atas perahu.
“Saya panik karena yang ditolong hanya enam orang saja, teman saya tidak di atas perahu. Saat saya tanya, siswa bilang bahwa teman saya tidak tertolong karena tidak terlihat dan baru akan dicari. Saya sudah betul-betul mulai cemas dan menenangkan diri di pinggir pantai,” tukas Rifki.