
Pembukaan Peringatan Hari Disabilitas Sedunia dengan pelepasan balon oleh Harun Abu mewakili Pemkab Polman
Wonomulyo, mandarnews.com – Hari ini (Senin, 3/12/2018) diperingati sebagai Hari Disabilitas sedunia. Di Kabupaten Polewali Mandar, peringatan hari disabilitas, tahun ini, dipusatkan di Pendopo Wonomulyo dengan berbagai macam kegiatan.
Ada kegiatan karnaval yang diikuti sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) dari Polewali Mandar dan Majene, pembagian bunga di jalan, penandatangan spanduk sebagai komitmen stop diskriminasi terhadap anak disabilitas, lomba fashion show pakaian daur ulang, lomba baca puisi, lomba menari, dan lomba menyanyi.
Lebih dari 100 orang siswa dari sembilan SLB turut berpartisipasi dalam peringatan Hari Disabilitas sedunia ini. Yakni : SLB Negeri Wonomulyo, SLB Negeri Polewali, SLB Negeri Mapilli, SLB Negeri Campalagian, SLB Negeri Lutang, SLB Negeri Malunda, SLB ABCD Aisyiyah Banggae, SLB DDI Baruga, dan SLB TP PKK Sendana adalah sekolah yang terlibat dalam kegiatan ini.

Dengan mengusung tema “Hapuskan Perbedaan, Wujudkan Masyarakat Inklusi”, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa anak disabilitas itu perlu diperhatikan.
Pelaksana kegiatan ini sendiri adalah mahasiswa Kuliah Kerja Nyata dari Universitas Negeri Makassar Angkatan XVII.
“Tema ini diambil berdasarkan pengalaman kami saat pertama kali tiba di Polman yang melihat masih adanya anak disabilitas yang mendapat ejekan dari masyarakat,”ujar Asmar Saleh selaku Ketua Panitia.
Asmar menjelaskan, kegiatan ini merupakan salah satu program kabupaten yang kepanitiaannya terdiri dari mahasiswa perwakilan tiap posko yang ada di Polewali Mandar.
Kepala SLB Negeri Wonomulyo Nasruddin menyebutkan, sebanyak 40 orang siswa SLB Negeri Wonomulyo ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
“Peringatan ini rutin kita adakan tiap tahun, tujuannya adalah memberikan peluang kepada anak-anak di masyarakat, memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa anak disabilitas tidak ada bedanya dengan anak-anak yang lain,” tutur Nasruddin.
Nur Afni, salah seorang guru SLB Negeri Wonomulyo juga mengungkapkan hal serupa. Menurut Afni, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru, orang tua, dan murid pada khususnya agar masyarakat memahami bahwa keterbatasan yang dimiliki oleh anak disabilitas bukanlah halangan untuk berkreasi.
“Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat mengubah pandangan masyarakat agar tidak mendiskriminasi anak-anak SLB, dan tidak membuat anak-anak SLB tidak percaya diri karena tidak ada dukungan,” kata Nur Afni kepada mandarnews.com.
Afni juga mengaku anak disabilitas butuh lebih banyak perhatian dan lebih harus diajarkan mandiri. Menjadi guru bagi anak disabilitas membutuhkan kesabaran lebih karena anak disabilitas itu berbeda dari anak yang lain.
Reporter : Ilma Amelia