Target Karir Nyaris Tak Meleset
Moeldoko lulus Akademi Militer di Magelang dengan meraih Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama pada 1981. Artinya, dia menjadi lulusan terbaik bukan hanya untuk matra Angkatan Darat, tetapi juga untuk ketiga matra.
Selepas lulus Akademi, Moeldoko memulai karirnya di militer. Saat masih berpangkat Letnan Satu, dia ingat mengambil kertas kosong dan menggambarkan garis lurus. Pada garis itu dia menuliskan angka-angka tahun. Dia menuliskan target karir yang harus dicapai pada tahun-tahun tersebut. Mulai dari Komandan Batalyon, Pangdam dengan ujung garis dia tuliskan jabatan Panglima TNI. “Untuk seorang prajurit yang tidak punya background, tanpa beking, tidak ada siapa-siapa yang membantu, menjadi Panglima itu kayak orang bermimpi,” kata Moeldoko.
Hebatnya, semua target itu berhasil dia capai persis dan nyaris tidak meleset. “Yang saya tidak duga, pada 2011 saya diminta Presiden SBY menjadi Wakil Gubernur Lemhanas,” kata Moeldoko. Saat itu Presiden memintanya membantu pembenahan tata kelola di Lemhanas. Salah satu pembenahan dilakukan pada penataan kurikulum. Bahkan kurikulum baru itu, seringkali disebut sebagai Kurikulum Moeldoko.
Gaya kepemimpinan di Lemhanas bukan tanpa kritik. Kebiasaan Moeldoko menerapkan disiplin militer diantaranya masuk paling pagi, sempat membuat risih pegawai Lemhanas. “Di lift pagi-pagi saya temukan tulisan : Ini bukan militer,” kata Moeldoko sambil tersenyum. Namun saat purna tugas, banyak yang merasakan manfaatnya. Renumerasi naik, kapasitas meningkat, hingga banyak yang merasakan perbaikan di Lemhanas.
Kebiasaan membuat inovasi tak pernah surut dalam diri Moeldoko. Saat bertugas sebagai Panglima Daerah Siliwangi, Gunung Bohong di Cimahi, Jawa Barat yang biasa menjadi arena latihan menembak dilihatnya gersang dan tidak produktif. Moeldoko menyulap kawasan itu dengan membuat lima lapangan sepakbola, joging trek, dan arena motocross.