
Sosilialisasi data basis presisi Pemprov Sulbar di Mamuju.
Mamuju, mandarnews.com – Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) Akmal Malik menyampaikan jika data merupakan kunci dalam efisiensi pembangunan, khususnya di Sulbar.
Hal itu disampaikan Akmal di hadapan seluruh pemerintah kabupaten, kepala desa, dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) se-Sulbar saat menyosialisasikan “Data Sebagai Dasar Pemerintahan Daerah Berbasis Data Presisi’ yang dilaksanakan di Hotel Maleo, Selasa (31/5).
“Kalau sampai sekarang data tidak lengkap, bagaimana kita mau melakukan pembangunan dengan anggaran terbatas. Tentu data yang kita maksud data presisi, jadi data yang sudah ada, kita buat lebih akurat,” kata Akmal.
Keseriusan itu ditunjukan dengan menggandeng pakar data makro dan mikro dari Institut Pertanian Bandung (IPB) untuk mengulas lebih tajam mengenai hal tersebut. Pemprov Sulbar menghadirkan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS.
Prof. Dahuri secara lugas menyebut, tantangan dalam pembangunan daerah yakni lemahnya konsep pembangunan.
“Olehnya itu, ada empat kunci yang perlu dilakukan sebagai kunci sukses pembangunan wilayah yakni, rencana pembangunan yang tepat (roadmap dan blueprint), kerjasama antar komponen, sinergitas, dan pemimpin yang cakap, kuat, dan baik,” ujar Prof. Dahuri.
Berdasarkan data yang dipaparkan Prof. Dahuri, Sulbar memiliki sejumlah tantangan, yakni tingkat kemiskinan pada angka 11,85 persen/September 2021 (data Badan Pusat Statistik 2022) urutan 12 se-Indonesia, tingkat pengangguran terbuka sebanyak, 3,13 persen terendah ke-3 di Indonesia, GINI rasio 0,13 persen, indeks pembangunan manusia 66,36 persen (terendah ke-4 di Indonesia), dan pendapatan domestik region bruto (PDRB) terendah ke-5 di Indonesia.
“Dari data ini bisa kita melihat jika ada progres yang harus segera dibenahi,” kata Prof. Dahuri.
Untuk itu, menurut Prof. Dahuri, sebagai wilayah yang punya potensi sumber daya alam (SDA) melimpah, Sulbar perlu membuka peluang.
Dalam pemaparannya, ia menilai, selain memiliki letak strategis yang diapit oleh provinsi tetangga yang telah maju dan calon tetangga IKN, potensi ekosistem kelautan dan perairan laut juga sangat besar.
Dengan luas 55 persen wilayah maritim, Prof. Dahuri menggambarkan jika estimasi potensi ekonomi pengembangan 10.000 ha tambak intensif udang vaname dikelola secara intensif di Sulbar dengan estimasi 50 ton/ha maka akan menghasilkan PAD sebesar Rp8,75 triliun/tahun.
Secara tidak langsung, dari estimasi itu dapat menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 10.000 orang dan tidak langsung sebanyak 7.500 orang.
“Dengan estimasi itu secara hitung-hitungan maka akan menghasilkan 3,6 kali lebih banyak dari APBD Sulbar Rp2,4 triliun 2021,” terang Prof. Dahuri.
Dengan perhitungan yang mapan itu, Prof. Dahuri berharap Sulbar akan tampil di permukaan dan mampu meningkatkan daya saing untuk Sulbar Emas pada 2045 mendatang.