(Ki-ka) Kapolres Mamasa AKBP Arianto, Wakil Bupati Mamasa Martinus Tiranda, Wakil Ketua II DPRD Mamasa Orsan Soleman, dan Sekda Mamasa Ardiansyah
Mamasa, mandarnews.com – Guna mencari solusi atas penertiban Kota Mamasa, jajaran Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Mamasa menggelar dialog dengan sejumlah pedagang di Aula PKK, Selasa (28/5/2019).
Wakil Bupati Mamasa, Martinus Tiranda, menyampaikan, kegiatan yang dilakukan Pemda bukan bermaksud untuk menggusur pedagang, sehingga dilakukanlah dialog sekaitan dengan persoalan yang dihadapi bersama.
“Mengapa pasar-pasar di Barrak-Barrak harus dibangun, sebab sudah tidak ada lagi lokasi yang luas untuk membangun pasar,” ujar Martinus.
Ia menegaskan, Mamasa akan ditata tanpa harus mengorbankan para pedagang yang ada di pusat kota.
“Pertemuan yang berlangsung ini adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam kelangsungan usahanya,” kata Martinus.
Sementara Sekretaris Daerah (Sekda) Mamasa, Ardiansyah menyebutkan, pada pertemuan yang dilakukan sangat diharapkan ada masukan-masukan yang kemudian menjadi bahan pertimbangan Pemda dalam menindaklanjuti persoalan yang dihadapi bersama.
“Sejumlah masukan tentang perlunya suatu pasar yang dikunjungi banyak pembeli akan menjadi dasar pemikiran Pemda dalam memikirkan solusi sehingga prinsip keadilan benar-benar tercapai,” ucap Ardiansyah.
Salah seorang pedagang sayur bernama Sambolebok berharap, pedagang kecil tetap dapat menjual sayur sebab pihaknya tidak nyaman di Pasar Barrak-Barrak karena pembeli kurang sehingga pedagang rugi, apalagi ia tidak memiliki kendaraan untuk ke sana.
“Pasar Swasta yang ada di sekitar kota, banyak pembeli tidak mau ke sana, termasuk PNS padahal memiliki mobil dan motor,” tutur Sambo.
Sedangkan di pusat kota yang menjadi alternatif, lanjutnya, pedagang kecil yang hanya mencari nafkah justru sering diusir. Ia pun mengaku merindukan pasar yang kembali hadir di pusat kota dan mendekatkannya dengan pembeli.
Pedagang beras bernama Petrus menceritakan, sejak awal berdirinya pasar Barrak-barrak, semua pedagang kecil sudah beralih ke sana.
“Namun di sana tidak ada penghasilan, pedagang justru mengalami kerugian. Saya juga pernah ikut di Pasar Swasta dengan sewa Rp 10 juta per tahun, namun selama dua minggu di sana barang dagangan tidak terjual baik, jadi saya kembali pindah ke pusat kota dan menyewa tempat, walaupun uang sewa di Pasar Swasta harus direlakan,” tukas Petrus.
Ia pun merasa sangat pusing sebab dililit tagihan kredit dari bank. Belum lagi kebutuhan rumah tangga, terlebih anak-anak yang harus dipenuhi.
“Pedagang lainnya juga mengalami hal serupa, entah itu tagihan pinjaman uang dari koperasi resmi atau koperasi siluman,” beber Petrus.
Ia juga mengungkapkan pernah ditempatkan di lokasi Darius To’tuan untuk berdagang. Di sana tidak ada beban tapi pembeli jarang ke sana, apalagi ada pasar tandingan dari pedagang keliling di Depan Kantor Gabungan Dinas dan dalam teras-teras rumah, sehingga jika ingin ditertibkan maka semuanya harus sama rata menerima penertiban.
Merespons hal itu, Wakil Ketua II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mamasa, Orsan Soleman mengemukakan, pada dasarnya semua pihak sepakat dengan adanya penataan kota.
“Namun, harapan kita bersama bagaimana agar pertumbuhan ekonomi tetap meningkat dalam pemenuhan kebutuhan hidup,” imbuh Orsan.
Peran serta pemerintah, tambahnya, akan sangat membantu jika berbagai hal dikomunikasikan ke masyarakat. Semua hal yang menjadi keluhan masyarakat akan jadi perhatian untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan suatu solusi yang terbaik dengan tidak menelan waktu yang lama .
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Mamasa, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Arianto menjelaskan, langkah yang dilakukan sangat diapresiasi guna mengurangi potensi konflik, sebab kehadiran suatu bangsa tentunya juga memperhatikan aspek kesejahteraan masyarakat.
“Setiap rencana dalam membangun suatu hal tentu mengalami tantangan, sehingga guna menemukan solusi maka langkah yang dilakukan sangat tepat, sebagaimana langkah Presiden Joko Widodo saat melakukan relokasi ribuan pedagang di Solo, juga langkah yang dilakukan Ridwan Kamil saat melakukan penataan kota dengan menyediakan tempat representatif yang telah dikaji dari sejumlah aspek,” papar AKBP Arianto.
Prinsipnya, menurut AKBP Arianto, harus disadari bahwa kita semua menginginkan kemajuan, sehingga sejumlah pengalaman dapat menjadi guru yang baik, sebab apa yang dilakukan tentu kelak akan diwariskan ke anak cucu.
Juru Bicara Pedagang, Nofan Pabundu berpendapat, 128 motor pedagang keliling yang masuk ke Mamasa tentu memberikan pengaruh perputaran ekonomi di Mamasa.
” Saya pernah ikut berdagang keliling, dengan modal Rp 1 juta dapat menghasilkan Rp 1,5 – Rp1,6 juta per hari, dan kegiatan tersebut tidak dipungut retribusi,” ujar Nofan.
Intinya, sebut Nofan, pedagang menginginkan pasar dikembalikan di pusat kota sehingga pedagang tetap dapat berjualan dan dekat ke pelanggan. (Hapri Nelpan)
Editor : Ilma Amelia