Pemerintah Kabupaten Majene lepas tangan soal eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Majene. Pasalnya eks gafatar asal Majene yang berjumlah empat orang tersebut bukan warga asli Majene.
"Mau dibawa kemana ini (eks gafatar) karena saya sudah panggil kepala lingkungan dan lurahnya (Baurung) tapi tidak diakui kalau warganya. Mau dibawa ke keluarganya tapi siapa? merepotkan saja," kata Kepala Kantor Kesbangpol dan Linmas Majene, Ahmad Hasan saat dikonfirmasi via telepon, Kamis (11/2/2016)
Ahmad Hasan juga mengungkapkan, eks Gafatar yang disebut berasal dari Majene tersebut beralamat di Baurung, Kelurahan Baurung, Kecamatan Banggae Timur. Menurutnya, setelah ditelusuri ke empat orang tersebut bukan orang Majene dan hanya memakai surat keterangan domisili dari kelurahan.
"Mereka memakai nama-nama asing seperti Sodiq Yulianto, Siti Maryani, Terimin dan Jumien. Mereka bukan orang Majene tapi hanya pegang surat keterangan domisili dari kelurahan. Mereka punya KTP dan masih aktif, ada yang dari Makassar dan Yogyakarta," kata Ahmad Hasan.
Ahmad Hasan akan berkoordinasi dengan daerah asal terkait nasib eks anggota Gafatar karena terlanjur disebut warga Majene. Ia menghimbau kepada pemerintah tingkat bawah seperti desa dan kelurahan agar selektif dalam mengeluarkan surat keterangan domisili.
"Ini yang perlu ditekankan kepada pemerintah desa atau kelurahan, jangan dulu buatkan surat keterangan domisili kalau belum ada surat pindahnya," katanya.
Rencananya, hari ini eks anggota Gafatar dari Sulawesi Barat yang berjumlah 87 dan empat diantaranya dari Majene akan tiba di Mamuju. Puluhan eks anggota Gafatar ini diberangkatkan dengan menggunakan pesawat dari Balikpapan, Kalimantan Timur dan transit di Makassar kemudian diberangkatkan ke Mamuju. (Irwan)