Lubang-lubang galian ini ditinggal sudah tiga bulan dengan hanya menutupi papan yang kelihatan sudah lapuk, padahal wilayah ini juga menjadi tempat bermain anak-anak Desa Onang Utara Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene. Foto : Haslan
Majene, mandarnews.com – “Saya sempat marahi kontraktor proyek itu, soalnya mereka tiba-tiba datang bekerja, namun belum melapor ke pemerintah desa, setelah beberapa waktu saya marahi dia baru datang melapor,” kata Kepala Desa Onang Utara, Abdul Kayyum mengomentasi program hibah sanitasi melalui anggaran APBN tahun 2020 yang ada di wilayahnya, saat ditemui di kediamannya, Kamis (04/03). Pelaksana program hibah ini sudah tidak bekerja sejak tiga bulan lalu sehingga pekerjaannya terbengkalai.
Sebelumnya, kru mandarnews.com mencoba menelusuri proyek sanitasi air limbah dengan 38 titik itu. Diperoleh dari keterangan warga, proyek ini belum usai dan ditinggalkan kontraktor sekira 3 bulan lalu tanpa informasi yang jelas.
Proyek anggaran tahun 2020 tersebut menyisakan lubang-lubang galian. Lubang tersebut ditutupi papan yang kelihatan sudah lapuk. Lubang ini sering kali membahayakan anak-anak yang sedang bermain.
“Ini dikerja sudah sekira 3 bulan lalu pak tapi sampai saat ini belum selesai. Bahkan lubang yang ditutup itu pernah ada anak-anak jatuh saat bermain,” jelas Hania (38 tahun) warga Dusun Belalang Tengah Desa Onang Utara Kecamatan Tubo Sendana.
Pekerjaan yang di papan informasi proyeknya tidak mencantumkan nama pelaksana. Tapi terpampang tiga logo lembaga pemerintah yakni Kementerian PPN/Bapenas, Kementerian PUPR, Kementerian Keuangan, dan Pemkab Majene. Program Hibah Sanitasi Air Limbah Setempat ini cukup membingungkan warga. Selain karena pekerjaannya ditinggal sebelum rampung juga karena warga yang sudah memiliki bak tetap saja diberi bantuan. Ini berdasarkan pengakuan salah satu penerima bantuan dari 38 titik.
“Ya, kami sebenarnya sudah memiliki bak,
tapi mungkin sudah terdata, akhirnya kami mendapat bantuan, berupa 2 zak semen, 1 unit kloset, dan pipa 3 inci sekira 2 meter, dan dijanji akan diberikan lagi semen tapi nyatanya sampai saat ini belum ada,” jelas penerima bantuan, Aminuddin (39 tahun) warga Dusun Labu-labuang.
Bahkan salah satu warga yang tidak mau disebut namanya menyebutkan bahwa beberapa material digunakan bukan yang berkwalitas karena menggunakan batu kerikil bukan batu split dan menggunakan pasir pantai.
“Batu yang digunakan bukan batu split tapi batu kerikil serta bukan pasir sungai tapi pasir pantai, sehingga ketahanan kontruksi pekerjaan tidak akan kuat,” katanya
Penasaran dengan hal ini, kru mandarnews.com mencoba menghubungi kontraktor pekerjaan tersebut via handpone. Diapun mengakui bahwa dia menggunakan pasir pantai dan batu kerikil.
“Saya sudah bicara dengan pak desa makanya kami lakukan tambahan titik pekerjaan sanitasi limbah air tersebut sebagai barter,” jelas Suardi, kontraktor sanitasi itu.
Diapun mengklaim bahwa pekerjaannya tersebut sudah sesuai rencana anggaran biaya (RAB) yang ada, dan berjanji minggu depan akan kembali turun untuk meneruskan pekerjaannya. (haslan)