
Vaksinasi untuk tenaga pendidik kabupaten Mamuju, Rabu (19/5) jelang tatap muka July mendatang. (Foto : Sugiarto/mandarnews)
Mamuju, mandarnews.com – Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020, sedikit demi sedikit meruba pola hidup masyarakat secara global.
Pandemi yang menjadi ancaman tak kelak membuat pemerintah berbagai negara mengambil langkah, mulai dari pembatasan massa berskala besar, yang di kenal dengan stilah Lockdown, melakukan penyemprotan Insektisida, hingga membagi masker.
Dewasa ini, seiring usaha untuk terus mempersempit penyebaran Covid-19, pemerintah Indonesia mulai menggalakan gerakan Vaksinasi massal, yang di mulai dari tahap tenaga medis, selanjutnya pegawai pemerintahan, dan dilanjutkan dengan pelayan publik.
Khusus untuk Sulawesi Barat, dari total 190.495 dosis sasaran vaksinasi hingga 24 Mei 2021 baru mencapai 29,07 persen dosis pertama dan 18,48 persen untuk dosis kedua.
Dengan rincian tenaga kesehatan 9. 526 Dosis dan realisasi 97,25 persen Dosis pertama dan 87,62 persen dosis kedua, pada pelayanan publik, dengan sasaran 111.643 dosis, terealisasi 39,89 persen dosis pertama dan 23,49 persen dosis kedua, sedangkan lansia dari total target 69.326 dosisi, pada tahap pertama baru 2,1 persen terealisasi dan dosis kedua sebanyak 0,9 persen.
“Target kita tahun ini bisa 100 persen, tapi ini disesuaikan lagi dengan kondisi. Apakah nanti ada permasalahan atau tidak, yang pasti seluruh sasaran akan kita maksimalkan,” tutur, tutur Kepala Seksi Survailance Dinas Kesehata Provinsi Sulawesi Barat, Emil, Selasa sore (25/5).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, Drg. Asran Masdi menyebut, untuk lima kabupaten di Sulawesi Barat, sasaran vaksinasi rata-rata telah diatas 90 persen realisasi, hanya Kabupaten Mamuju saja yang baru berada di angka 77 persen untuk target realisasi vaksinasi PNS dan 33 persen pada target Vaksinasi pelayanan Publik.
“Untuk target di kabupaten se-Sulawesu Barat sudah masuk 90 persen untuk PNS kecuali Mamuju yang masih 77 persen, dan pelayanan publik di angka 33 persen,” tutur Drg. Asran Masdi.
Meski begitu, Asran Masdi tak menampik, Bencana Gempa Bumi bulan Januari lalu yang mengguncang kota Mamuju dan sebagian Majene itu, menjadi salah satu faktor terlambatnya realisasi vaksin di Kabupaten Mamuju.
“Ya kalau Mamuju agak terlambat selain karna pasca gempa kemarin, pasien positiv (Covid-19) yang banyak dirawat juga sebagian besar PNS yang menjadi Sasaran vaksin, aturannya harus tiga bulan pasca sembuh baru bisa vaksin,” terang Drg. Asran Masdi.
Menanggapi itu, Bupati Mamuju, Sitti Sutinah Suhardi langsung meluncurkan ‘Gebrak Vaksin’ bersamaan dengan vaksinasi untuk tenaga pendidik mengahdapi tatap Muka disekolah yang akan di mulai pada tahun ajaran baru, July mendatang.
“Harapan kita setelah gerakan vaksin ini dimulai dari para ibu/bapak tenaga pendidik, akan menjadi pintu kesadaran vaksin bagi publik, sehingga mari kita sama-sama sukseskan gerakan ini,” tutur Sutinah saat melaunching Gebrak vaksin, Rabu (19/5) lalu.
Sementara Dinas kesehatan Kabupaten Mamuju, optimis hingga akhir Mei 2021, realisasi vaksin melalui ‘Gebrak Vaksin’ dapat mencakup 90 persen tenaga pendidik dan pelayanan publik.
“Target kita kalau tidak ada kendala, bisa mencapai 90 persen khusus di dalam kota Mamuju, selanjutnya akan menyusul ke kecamatan hingga desa,” tutur Plt kepala dinas Kesehatan Mamuju, H. Tonga.
Mendukung pemerintah dalam penanggulangan pandemi Covid-19, baiknya mari kita simak seperti apa kata para masyarakat dari berbagai latar belakang baik yang baru pertama menjalani vaksin maupun yang telah tuntas melakukan vaksinasi hingga tahap dua.
Kepala Dinas pendidikan kabupaten Mamuju, Murniani kepada para tenaga pendidik mengatakan, vaksin aman, bahkan dirinya yang telah berusian lanjut setelah di vaksin pada periode pertama merasa lebih fit, sehingga ia meminta tenaga pendidik tidak takut untuk menjalani vaksin.
“Kalau masalah usia lanjut saat ini saya justru merasa lebih baik setelah di vaksin, kalau ada isu-isu yang mengatakan vaksin tidak baik untuk lansia, saya telah menjalani vaksin pada tahap pertama bahkan setelah menjalani vaksin saya merasa lebih baik dan aman tentunya, untuk itu bapak-ibu baiknya setelah kita vaksin, ajak juga keluar dirumah, sehingga kita semua lebih aman dari covid-19,” terangnya dalam vaksin massal tenaga pengajar kabupaten Mamuju, Rabu 19 Mei lalu.
Sementara, Marwah (31) pegawai negeri di Dinas pendidikan mengatakan ia baru pertama menjalani vaksin, meski awal kemunculan isu diterpa isu negativ, namun dirinya merasa yakin harus menjalani vaksinasi setelah melihat lebih dahulu petinggi negara menjalani vaksin.
“Ya awalnya si nonton dan liat di medsos soal vaksin, tapi setelah beberapa saat sudah yakin dan tidak ragu lagi,” kata Marwah saat di wawancarai usai menjalani vaksin dosis pertama.
Beebeda profesi yang juga sering berssntuhan dengan khalayak (publik), Muh. Said (46) ssbagai seorang Jurnalis, ia dituntut harus memastikan diri aman dari bahaya Covid-19, olehnya itu, Muh. Said yang telah bekerja selama lebih dari 10 tahun sebagai pewarta juga menjalani Vaksinasi dosis satu dan dua.
Selain itu, ia pun menerapkan protokol kesehatan yang ketat sesaat dan sesudah melakukan liputan di lapangan, pria paru baya itu mengaku selalu menggunakan masker baru dan membekali dirinya dengan Handsanitizer, selain itu ia pun membilas tangan dengan sabun.
Kebiasaan itu, ternyata berdampak baik terhadap pola hidupnya, ia mengatakan selain menghindari Covid-19, efek plus dari kebiasaan itu membiasakan dirinya untuk hidup lebih sehat, dan bersih.
“Ya awalnya kan merasa canggung karna belum terbiasa, tetapi setelah berjalan, hali itu justru baik untuk pola hidup, dimana selain menjaga diri dari Covid-19 hal positif lain juga ialah pola hidup bersih dan sehat kita jadi terbiasa,” tutur Jurnalis itu, Kamis (27/5).
Untuk itu, ia selalu berpesan jika mempersempit ruang gerak penyebaran covid-19, bukan hanya jadi tanggung pemerintah tetapi menjadi kewajiban setiap individu.
Reporter : Sugiarto