Pelaksanaan salat idil Fitri 1436 Hijriah, Jumat 17 Juli 2015, di lapangan Parasamya Mandar Majene sempat terhambat sejenak. Bupati Kalma Katta menyingsingkan lengan mengatasi hambatan tersebut.
Sesaat salat Id akan dimulai tiba-tiba ada kejadian yang cukup membuat sebagian jamaah salat geram. Pasalnya pelaksanaan salat Id tertunda sejenak lantaran terjadi desak-desakan di pintu utara stadion kebanggaan masyarakat Mandar Majene tersebut.
Selain menyita perhatian dan menghambat pelaksanaan salat Id, jamaah yang baru masuk lapangan sesaat dimulainya salat juga membuat saf melewati posisi imam salat. Jamaah penyebab kekacauan ini berada di depan samping kanan depan imam salat, mereka terdiri dari jamaah laki-laki dan perempuan.
Beberapa kali panitia yang juga humas Pemkab Majene, Darwan, melalui loud speaker (pengeras suara) mengarahkan mereka untuk menempati barisan jamaah yang masih banyak kosong di bagan tengah lapangan. Ada yang mengindahkan arahan, tapi tetap saja masih banyak berdesakan di pintu utara.
Melihat situasi Jamaah yang melewati posisi imam (seharusnya berada di belakang Imam) maka panitia mengambil langkah sigap dengan memindahkan mihrab (tempat imam) lebih menjorok ke depan untuk memposisikan jamaah berada di belakang imam.
Sementara itu, Bupati Majene turun tangan mengatur dan meminta jamaah yang berdesak-desakan untuk memasuki barisan dengan tertib. Bupati dua periode ini menyiapkan barisan berada di depan barisan yang biasa ditempati para muspida (saf pertama) dan para pembesar daerah ini.
Situasi yang cukup menegangkan ini memancing emosi beberapa jamaah yang kesal karena penyelenggaraan salat Id tertunda. Sehingga ada beberapa jamaah yang berteriak agar salat segera dimulai karena matahari sudah semakin merangkak tinggi. Bupati dan panitia berhasil menertibkan jamaah sehingga salat Id bisa segera ditunaikan.
Namun setelah giliran khatib naik ke mimbar, kendala lain muncul. Khatib H. Muslih, LC.,MA., beberapa kali melakukan tes mic dengan cara mengetuk kepala mic, tapi tidak ada suara keluar dari pengeras suara. Testing Mic, tidak berhasil. Akhirnya putra KH. Nur Husain ini memulai dengan memberi salam tanpa pengeras suara.
Mungkin merasa tidak nyaman tanpa pengeras suara berbicara di lapangan luas itu, khatib berhenti sejenak sampai panitia melakukan perbaikan, akhirnya pengeas suara berfungsi. Meski tidak terlalu sempurna. Pengeras suara yang di bagian utara berbunyi kresek-kresek sehingga tidak terlalu jelas. Kondisi ini membuat jamaah di bagian Utara lapangan tidak memperhatikan khatib, bahkan ada yang mulai beranjak pulang meninggalkan jamaah saat khotbah berlangsung.
Meski diwarnai hambatan sesaat sebelum salat Id dimulai dan gangguan pengeras suara, pelaksanaan salat Id berjalan tertib. Demikian halnya ketika salat Id selesai, jamaah meninggalkan lapangan dengan tertib.(rizaldy)