Seminar Kedua Water Front City Digelar.
Majene, mandarnews.com – Sebagai langkah awal dalam mewujudkan perencanaan pembangunan Majene Water Front City (WFC), Bapeda Majene kembali menggelar seminar yang kedua kalinya terkait pembangunan Kawasan pesisir itu.
Seminar Pembahasan laporan antara (Interim Report) penyusunan dokumen rencana strategis pengembangan kabupaten Majene ini menghadirkan sejumlah pihak terkait, yang membahas tentang apa saja akan di bangun dan bagaimana pendapat Masyarakat sekitar akan rencana tersebut.
Bupati Majene Fahmi Massira hadir dalam kesempatan itu. Dalam sambutanya ia mengatakan, apa yang direncanakan tersebut akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Majene pada Khususnya warga sekitar.
Sebab, kata Fahmi, pembangunan WFC akan merubah wajah kota Majene dan sampai saat ini masyarakat sekitar memberikan respon positif.
Kalau wajah kota dirubah maka yang berpengaruh itu juga adalah interaksi masyarakat, dan itu akan merubah prilaku, sebab masyarakat secara otomatis menyesuaikan pada keadaan yang telah berubah,” tandasnya, Selasa (11/07).
Menurut Fahmi, pengembangan WFC sudah sangat baik dan rencana ini telah bersinergi dengan beberapa program Satker Kementrian PU Provinsi Sulbar. Diantaranya ialah program penataan kawasan kumuh.
“Kami yakin hasil kerja ini akan memberikan manfaat dalam penataan kawasan pesisir kota Majene dalam membangun Water Front City,” ungkapnya.
Fahmi menambahkan, bila apa yang direncanakan ini tidak akan mematikan lingkungan masyarakat sekitar. Karena perencanaannya akan melakukan sejumlah proteksi terhadap kegiatan sehari – hari masyarakat khususnya para nelayan.
“Namun lingkungan nelayan akan ditata dengan baik, jadi mari kita bersama memberikan suppor agar ini bisa berjalan dengan baik,” harapnya.
Seminar yang berlangsung di ruang rapat kantor Bapeda Majene ini menghadirkan sejumlah pihak terkait. Diantaranya Satker PU bidang PKP bersama Satker Perumahan, TPAD, beberapa OPD terkait serta Akademisi dan tokoh masyaratkat terkait.
Beberapa usulan dan tanggapan dilontarkan dalam seminar tersebut, seperti halnya Lurah Pangali ali, Hifni Zakariya yang mengharapkan jadwal realisasi proyek ini bisa segera ditentukan agar dapat memberikan kejelasan informasi kepada warganya.
Salah satu tokoh masyarakat Pangali ali juga menyarankan agar pemerintah memprioritaskan pembangunan tambatan perahu yang lebih besar. Serta tidak membangun Masjid Apung pada anjungan Water Front City karena sudah terdapat Masjid di lingkungan Pangali Ali. Bagusnya membangun Mushallah.
“Karena kalau Masjid yang dibangun, maka Jemaah yang ada di Masjid Pangali ali akan berkurang, jadi sebaiknya bangun Mushallah saja,” katanya.
Sebelumnya pihak Konsultan pembangunan WFC dan Bapeda Majene telah melakukan Focus Grub Discussion (FGD) di sejumlah wilayah terkait. Hasil pertemuan dengan masyarakat kelurahan Pangaliali dan Labuang sebagian besar menginginkan agar tambatan perahu tidak jauh dari tempat tinggalnya sehingga memudahkan mengontrol keberadaan perahu.
Tambatan atau dermaga perahu yang dibuat multi fungsi seperti tahan ombak, tempat parkir perahu, tempat pengeringan jala, tempat pembuatan rumpon, tempat perbaikan perahu, dan tempat bongkar muat ikan.
Sedangkan hasil pertemuan yang dilaksanakan di Kelurahan Baurung, warga meminta agar dapat berpartisipasi di lokasi kawasan wisata Dato dalam mengelola kuliner, tempat parkir, penyewaan ban, dan banana Boat.
Selain itu masyarakat kelurahan Baurung juga mengusulkan diadakannya event budaya pesta nelayan dan balap perahu di kawasan pantai wisata Dato. Warga mengusulkan agar kesenian asli Mandar dapat dimunculkan lagi. Yang Merakyat, partisipatif, murah meriah kemudian perlu diperhatikan keamanannya dan aspek mistikya.
Di tempat yang sama, konsultan perencanaan pembangunan Water Front City, Muhammad Yusuf mengatakan, pada intinya pengembangan WFC akan menata lingkungan pesisir khususnya kecamatan Banggae dan Banggae Timur.
Kata dia, konsep yang ditawarkan pada proyek ini ialah pengembangan kota seperti halnya yang telah dilakukan kota-kota besar di Indonesia. Namun kata dia pembangunan yang akan diterapkan di Majene tidak sama persis.
“Kalau Jakarta lebih pada sektor privat, di Majene kita akan cenderung mengembangkan pada tata lingkungan yang berdampak pada kebutuhan ruang publik,” ucapnya.
Kawasan WFC menurutnya akan berkonsep Mixius dan dapat diakses semua kalangan masyarakat.
“Kita akan membangun kawasan mixius Seperti contoh Pangaliali akan ada pemukiman nelayan dan ada ruang publik di taman kota dan pengembangan jalan kawasan Labuang hingga Parappe dan Kawasan wisata di Dato,” imbuhnya.(ashari)
- Baca kumpulan berita tentang : Majene Water Front City