
Saat Samsul Saguni (diapit Bupati Majene, Fahmi Massiara dan Kapolsek Sendana, AKP Achmad Syarif Tola) terlihat juga Wakil Bupati Majene, Lukman., Perwakilan Kementrian Luar Negeri, Risaldi dan Kepala Desa Lalattedong, Ridwan Maruseng (depan)
Pamboang, mandarnews.com – Sekira empat bulan lalu, Samsul Saguni menjadi tahanana kelompok bersenjata anggota dari Abu Sayaf, dan dari kejadian itu, berbagai Kejadian telah dia lalui.
Awal kejadiannya, sewaktu Kapten kapal Dwijaya 1, Samsul Saguni. bersama empat rekannya, sedang beristirahat, dimana kapal mereka sedang berlabuh, sekira puluhan hingga ratusan meter dari pelabuhan setempat, namun tiba-tiba pada pukul satu dini hari, mereka didatangi kelompok bersenjata dengan menggunakan dua kapal kecil, diperairan Sampoerna Malaysia.
“pada waktu itu sekitar pukul 1 dinihari dan mati lampu. disaat kami istirahat. kami didatangi oleh kelompok bersenjata dengan menggunakan kapal kecil, masing-masing kapal, ditumpangi 3 orang dari depan dan dari belakang kapal kami, kejadiannya begitu cepat, kedua rekan saya sempat bersebunyi, sedangkan saya baru saja mau bersebunyi dan sempat berusaha melompat, tapi sialnya belum sempat melompat kaki saya sudah ketangkap duluan, sehingga tidak dapat terlepas dari mereka, akhirnya saya dan satu rekan satu kapal saya,berhasil ditangkap” kisah Samsul. saat ditemui di kediamannya di Dusun Tosalama Desa Lalattedong Kecamatan Sendana Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat, Minggu (20/1/2019)
Sedangkan dua rekannya berhasil selamat dari penculikan, dan 12 anggota kapal lainnya, saat itu mengantar ikan hasil tangkapan mereka ke pelabuhan sehingga mereka selamat dari kejadian tersebut “12 anggota kapal lainnya saat itu, mengantar ikan kepelabuhan” kata Samsul.
Semenjak dari kejadian tersebut, disitulah awal kisah penculikan Samsul Saguni, bersama satu rekannya, Usman Yusuf alias Hamdan, yang sebelumnya diketahui bisa meloloskan diri dari penculikan tersebut.
Ditanya soal apakah mereka adalah anggota Abu Sayaf, Samsul membenarkan hal tersebut “Saya meyakini bahwa kelompok bersenjata tersebut adalah kelompok dari Abu Sayaf” walaupun Samsul tidak pernah bertemu langsung dengan Abu Sayaf.
Samsul pun mengkisahkan bahwa selama dalam tahanana yang diyakini dilakukan kelompok Abu Sayaf, selama itu juga Samsul tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu “selama disandera saya tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu, pasalnya mereka juga tidak pernah lalai dari shalat 5 waktu” Akuhnya
Dan untuk tidak mudah mendapatkan jejak, mereka berpindah-pindah dari hutan ke hutan lain di hutan Pilipina selatan yakni dipulau mindanau, “selama jadi tahanan terkadang satu hari pindah lagi terkadang lima, sepuluh hingga 15 hari jangka waktunya baru pindah lagi” jelasnya.
Sedangkan vidio yang sempat viral disosial media, terlihat disebuah lubang Samsul Saguni dikelilingi kelompok bersenjata dan terlihat Samsul menangis ” kalau vidio itu saya di paksa menangis Kalau tidak ya dipukul” katanya.
Samsul juga mengkisahkan bahwa dirinya pernah sakit selama satu minggu, namun ternyata menurutnya para anggota Abu Sayaf ini, lengkap dengan obat-obatan “Saya pernah sakit selama seminggu, dan selama sakit, saya dirawat dengan baik, karena mereka lengkap dengan obat-obatan” kisahnya.
Sementara saat akan dibebaskan, Samsul mengaku dibawah oleh anggota kelompok Abu Sayaf dengan kendaraan bermotor, kemudian dilepas disebuah jalan ditengah hutan “Saya dibawa menggunakan sepeda motor dari hutan dan dilepas dijalan di tengah hutan, kemudian datanglah sebuah mobil untuk mengantarkan saya KBRI di Manila” Samsul menjelaskan.
Samsul juga sangat berterimah kasih kepada Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Luar Negeri Indonesia dan KBRI di Manila.
Serta berharap di Indonesia memperbanyak lapangan pekerjaan sehingga tidak lagi jauh jauh merantau hingga keluar negeri untuk bekerja (haslan)