Inilah beberapa tempat cuci tangan yang tidak ada airnya. Foto: Putra
Majene, mandarnews.com – Mencuci tangan adalah salah satu protokol kesehatan dalam menghadapi penyebaran virus corona. Begitu pentingnya sehingga berbagai elemen berinisiatip memasang tempat cuci tangan di area publik. Sayangnya, beberapa dari tempat cuci tangan itu hanya berfungsi sesaat. Setelah kehabisan air, tak lagi diisi ulang.
Beberapa warga Kabupaten Majene mengeluhkan tempat cuci tangan yang tak berfungsi tersebut. Baik yang dipasang PMI, Hipmi, Kampus STIN maupun Kampus Unsulbar.
Pantauan Mandar News, Rabu (27/5) mendapati tempat cuci tangan yang tak berfungsi lagi yakni :
1. Tempat cuci tangan yang dipasang oleh kampus Unsulbar di sisi Utara pasar sentral Majene. Dekat penjual ayam potong. Terlihat wastafel tersebut terpasang dengan baik tapi tak ada aliran air. Tempat yang disediakan untuk wadah air terlihat kosong.
2. Tempat cuci tangan yang dipasang oleh kampus STAIN Majene di sisi Selatan pasar sentral Majene. Terlihat, tempat cuci tangan dengan bak atau alkom dengan ukuran cukup besar tidak berfungsi karena tidak ada isinya.
3. Tempat cuci tangan yang dipasang oleh PMI di pasar TPI (tempat penjualan ikan) Majene. Terlihat, wastafel tersebut tidak berfungsi karena aliran air tidak ada. Wastafel pun terlihat seperti sudah karatan.
4. Tempat cuci tangan yang dipasang oleh Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) di pasar TPI Majene. Terlihat, tempat bak air/tandon yang berukuran cukup besar tidak berfungsi karena tidak adanya air didalamnya.
Menanggapi hal tersebut, beberapa pengunjung pasar dan pedagang, di Pasar Sentral Majene kecewa, karena fasilitas umum tersebut tidak berfungsi lagi.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengunjung pasar di Pasar Sentral Majene, Awalia (30).
Menurutnya, seharusnya pemerintah Kab. Majene memperhatikan fasilitas-fasilitas umum yang terpasang, apalagi seperti wastafel atau tempat cuci tangan.
“Ini sangat penting bagi kami, baik pengunjung apalagi pedagang. Inikan salah satu fasilitas untuk mencegah penularan korona, jadi seharusnya pemerintah memperhatikan hal ini,” katanya, Rabu (27/5).
Awalia berharap, pemerintah tidak hanya baik saat pertama saja atau saat pemasangan saja. Tetapi seharusnya, juga ikut memperhatikan fasilitas yang terpasang.
“Apalah arti ada jika tidak berfungsi. Seharusnya ini diperhatikan, apalagi kan saat ini kita sudah masuk zona merah ya. Jadi sangat butuh seperti ini,” tutupnya.
Tidak hanya pengunjung pasar yang kecewa. Penjual di Pasar TPI Majene juga mengungkapkan kekecewaaannya atas tidak berfungsinya tempat cuci tangan yang telah terpasang.
ST. Nur (48) contohnya. St. Nur berjualan ikan, tepat di depan tempat cuci tangan yang dipasang oleh Hipmi. Tempat cuci tangan tersebut berukuran cukup besar tetapi tak berfungsi karena tidak ada airnya.
St. Nur selaku penjual mengaku kecewa, dengan tidak berfungsinya tempat cuci tangan tersebut.
“Seharusnya ini diperhatikan. Masa sudah dipasang, belum lama tapi tidak berfungsi,” katanya.
Menurut St. Nur, tempat cuci tangan tersebut telah lama tidak berfungsi. “Sudah lama ini pak, semenjak bulan puasa tidak berfungsi memangmi. Kalau dihitung – hitung sudah lebih 10 hari tidak berfungsi karena tidak ada airnya,” tukasnya.
Ia mengungkapkan bahwa semenjak tempat cuci tangan tersebut dipasang, baru satu kali airnya habis dan baru satu kali diisi ulang.
“Jadi hanya satu kali saja diisi semenjak terpasang. Itupun untuk masalah sabun, kami yang isi masuk, seperti sabun sunlight,” tandasnya.
St. Nur berharap pemerintah memperhatikan fasilitas yang telah terpasang. Dan untuk tempat cuci tangan agar segera diisi, diperhatikan, sehingga dapat berfungsi dengan baik.
“Katanya korona, seharusnya ini diperhatikan. Apalagi ini tempat umum pak, kami penjual dan pengunjung pasar pasti seringkali mencuci tangan, jadi tentu ini sangat penting bagi kami. Masa di sini di TPI jarang diperhatikan jelas-jelas tempat umum, sementara di Tako yang ada terus isinya tidak ada orang. Jadi harusnya lebih diperhatikan lagi. Seperti yang diketahui saat ini bahwa wabah corona di Kabupaten Majene masih berlangsung bahkan sudah masuk dalam zona merah,” tutupnya.
Pengunjung TPI lainnya, Ihsan, menyayangkan tak terurusnya beberapa tempat cuci tangan tersebut. Ia merasa heran, kenapa hal sepele namun sangat berarti dalam situasi pandemi corona ini bisa terabaikan.
“Seharusnya pemerintah menunjuk penanggungjawab dalam merawat tempat cuci tangan itu. Atau bisa menunjuk PDAM jika hanya untuk mengisi bak air cuci tangan,” kata Ihsan.
Ihsan juga mengatakan akan lebih bagus lagi jika PDAM yang mengajukan diri tanpa harus ditunjuk.
“Seharusnya PDAM bisa berinisiatif mengajukan diri kepada pemerintah untuk tangani air cuci tangan di tempat umum. Coba lihat PDAM di kabupaten tetangga, mereka menggratiskan pelanggannya selama dalam situasi pandemi corona. Mereka kan menunjukkan bahwa mereka hadir nyata dalam memerangi corona, bukan hanya mengatakan mendukung,” tandas Ihsan.
Meskipun ada beberapa tempat cuci tangan yang telah terpasang tapi tidak berfungsi. Ada juga beberapa tempat cuci tangan yang berfungsi dengan baik.
Seperti tempat cuci tangan yang dipasang oleh PMI di depan dan belakang Pasar Sentral Majene serta tempat cuci tangan yang dipasang oleh Kampus STAIN di Taman Kota (Tako) Majene. (Putra)