Farid bernama lengkap M. Nurfaridin yang juga biasa disapa Tole adalah pemuda 24 tahun asal Kendal Jawa Tengah. Dengan sepeda ontelnya, sejak November 2013 melambaikan tangan kepada tanah kelahirannya untuk berekspedisi mengelilingi Indonesia.
Menjelajah delapan penjuru nusantara dan 34 provinsi di Indonesia, Farid tak memiliki misi khusus kecuali hanya untuk memperbanyak kawan dan menambah pengalaman. Restu dari orangtuanya mejnadi modal utama meski restu itu diperoleh setelah 6 bulan diajukan.
Berangkat dari Kendal Jawa Tengah ke Ibu kota Jakarta lalu menyeberang ke pulau sumatera. Selanjutnya menyeberang lagi ke Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan pulau kecil lainnya, hingga akhirnya tiba di pulau Sulawesi, dengan menggunakan kapal penumpang, Pelni.
Penulis bertemu Farid ketika melintasi wilayah Kecamatan Sendana Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Ketika bertemu Penulis, Farid sudah berada di Pulau Sulawesi selama empat bulan. Kepada penulis, Farid mulai bercerita.
Dua tahun lebih Farid mengayuh onthel menaklukkan jalan-jalan di nusantara ini. Banyak rintangan dan halangan yang menghadang tapi ia tak mau menyebutnya duka, semua dijalaninya denga suka. Perjalanannya kadang tertunda karena kehabisan diut meski ia hanya butuh beberapa rupiah saja. Untuk mendapatkan duit ia harus bekerja, menjadi tukang cuci piring di warung-warung paling banyak dijalani untuk mendapatkan rupiah beberapa puluh ribu lalu kembali mengayuh onthelnya.
Selain beberapakali kehabisan ongkos, ia juga mendapatkan pengalaman disekap, dibegal, dan bertemu harimau Sumatera. Pemuda jebolan pesantren ini mengaku disekap Gerakan Aceh Merdeka (GAM) selama 3 hari karena dituding mata-mata. Farid dilepas oleh GAM karena piagam penghargaan dari beberapa organisasi-organisasi kemasyarakatan, serta tulisan apresiasi lengkap dengan tanda tangan bahkan ada yang lengkap dengan stempelnya di sebuah buku, berukuran kertas HVS, yang membuktikan dirinya bukan mata-mata.
Piagam penghargaan dan dukungan serta apresiasi itu diperoleh dari beberapa pimpinan organisasi seperti Walhi dan lain sebagainya, bahkan dari perorangan. DI Sulawesi Barat, ada nama Ihsan Welly, ketua Walhi Sulbar. Juga ada nama Amril Salam.
Maish di Pulau Sumatera, tepatnya di Lampung, Farid dihadang begal. Setelah muatan ontelnya diotak-atik si begal, Farid dilepas. Mungkina karena begal tidak menemukan barang berharga. Si begal bahkan mengajaknya makan di warung dan memberinya uang Rp 20.000 lalu membiarkan Farid melanjutkan perjalanan.
Di Sumatera Farid juga bertemu harimau Sumatera, bahkan beberapa kali. Betemu harimau sumatera, Farid mengeluarkan jurus "mematung". Menghadapi harimau, Farid hanya pasrah, diam mematung. Ia berpikir lebih baik diam mematung daripada kabur dengan onthel karena kecepatan harimau ratusan kali lipat dibanding kecepatan onthel. Dan jurus mematung itu berhasil menghalau harimau.
"Kalau ketemu harimau jangan panik, diam mematung saja sambil menunggu harimau berlalu. Kita tidak akan mati sebelum waktunya," kata Farid sambil tersenyum kepada penulis.
Siang malam Farid mengayuh sepeda onthle. Tapi ia tak pernah memaksakan diri untuk mencapai target termasuk dimana harus bermalam. Kapan pun ia merasa capek maka wajib baginya untuk istirahat. Tempat istirahat tak perlu milih-milih, kadang di pos ronda, masjid, bahkan di alam liar. Tendanya beberapa kali diseruduk babi hutan saat bermalam di alam liar.
Ketika bertemu penulis, Jumat 15/1/2016, Farid yang melewatkan malam di posko PMI Cabang Sendana yang bertempat di Dusun Lembang Desa Limbua Kecamatan Sendana. Jebolan pesantren ini lalu melanjutkan perjalanan menuju Utara pulau Sulawesi. Sebelumnya ia berniat ke Mamasa tapi urung dilakukan karena informasi yang diperolehnya bahwa di Mamasa tidak ada jalan tembus ke Mamuju.
Dari Posko PMI Sendana, Farid mengayuh onthelnya yang hanya memuat tas lusuh berisi pakaian dan buku daftar orang yang ditemui serta piaga penghargaan. Di sepeda itu juga terdapat tanduk rusa hadiah dari warga Nusa Tenggara.
Tak butuh waktu lama, punggung Farid tak lagi nampak di mata penulis. Selamat jalan kawan, semoga selamat hingga kembali ke tanah kelahiran tanpa kurang suatu apapun. Pagi tadi, Rabu (03/02) Farid sedang mengayuh sepeda di wilayah Pasangkayu, ia bertekad bisa sampai ke Menado lalu disana akan menentukan arah mana lagi yang akan ditaklukannya dengan sepeda onthel.(haslan)