
Ia menjabarkan, yang menjadi alasan pabrik es batu sangat dibutuhkan, sebab untuk jumlah besar es batu masih diambil dari Polewali Mandar (Polman) karena ketersediaan es batu di Mamasa masih terbatas.
“Saat ini, anggota Koperasi Supakilala sudah mencapai 83 orang sejak berjalan Januari 2019,” tutur Amiruddin.
Sedangkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Mamasa, Suhadi Kandoa menyampaikan, pihaknya datang memenuhi panggilan pengurus Koperasi Supakilala guna mengikuti proses verifikasi kelayakan koperasi dalam menerima bantuan dari KKP.
“Ini merupakan terobosan baru bagi para pedagang ikan dan daging karena sangat sulit mempertahankan kesegaran ikan sebab es batu hanya diperoleh di Polman,” tukas Suhadi.
Lewat pertemuan dengan tim KKP, tambahnya, banyak hal yang didiskusikan sekaitan dengan bagaimana kelompok masyarakat memperoleh bantuan dari pusat sehingga menjadi bahan bagi DPRD dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat ke kementerian.
Sementara anggota DPRD Mamasa lainnya, Muh. Sapri Malik mengungkapkan, kondisi masyarakat pedagang dan kelompok pembudidaya ikan di Mamasa memang masih terkendala soal ketersediaan es batu.
“Sebab itu, dengan diketahuinya syarat bagi kelompok masyarakat untuk memperoleh penyaluran bantuan dari pemerintah pusat, akan menjadi bahan dalam memberikan pengarahan bagi masyarakat,” papar Sapri.
Menurutnya, ikan segar membutuhkan bahan pengawet alami, seperti es batu. Hal tersebut juga dirasakan di Pasar Mehalaan, Pasar Mambi, Aralle, dan Tabulahan. (Hapri Nelpan)
Editor: Ilma Amelia