- Tulisan : Muhammad Rusydy
- Umur : 17 tahun
- Siswa Kelas XII MIA I SMAN 1 Majene
Mandarnews.com – Itu merupakan pertanyaan setiap pagi dihari sekolah. Baiklah, sekolah dan menjadi orang terpelajar merupakan hal yang baik dan tidak terbantahkan. Tapi bukan itu masalahnya. Aku mulai berpikir seperti itu setelah melihat para siswa yang hanya bermalas-malasan dan mengerjakan tugas dengan hanya menyalin dari internet.
Mereka bahkan tidak tahu apa yang mereka tulis yang penting tugas terkumpul dan dapat nilai. Itu membuktikan sekolah dan sistem pendidikan bukan merupakan pelaku utama terhadap rendahnya standar pendidikan Indonesia jika dibandingkan negara lain. Tapi justru pemikiran murid itu sendiri.
Terkadang di sekolah guru memberikan tugas yang bertubi-tubi pada siswa untuk menguji sampai dimana tingkat pemahaman mereka. Tapi sebenarnya itu semua sia-sia karena semua tugas yang diberikan dari dalam buku BSE (Buku Siswa Elektronik) jawabannya ada di internet.
Siswa bahkan tidak perlu pintar untuk mengerjakan semua tugas itu, bukan? Yang penting bisa menulis 10 lembar tugas dalam satu kali pertemuan. Tugas-tugas tersebut bukannya membentuk pribadi yang mampu berkompetisi, bertanggung jawab dan menguasai materi. Tapi malah menciptakan pribadi malas berfikir dan tunduk patuh bagai budak serta menghalalkan segala cara.
Belum lagi tugas tersebut kadang tidak ditindaklanjuti dan malah melompat ke pembahasan selanjutnya. Tapi aku menyukai cara salah satu guruku dalam memberikan tugas. Dia memberikan kami tugas atau latihan di kelas. Setelah kami kumpulkan jawaban kami, dia menghitung jumlah nomor yang dijawab dengan benar dan salah.
Setiap nomor mewakili satu pokok bahasan atau KD (kompetensi dasar). Lalu dia mengajarkan ulang semua materi tersebut dimulai dari nomor atau materi yang paling banyak dijawab salah. Masalah selanjutnya mengapa aku berpikir siswa di sekolah gagal memahami arti dari pendidikan.
Saat itu ada guru KKN (Kuliah Kerja Nyata) bahasa inggris yang memberikan kami tugas. Bunyi soalnya adalah “Buatlah satu paragraf biografi singkat Cut Nyak Dien dari tabel berikut”. Jika diurai maknanya, soal tersebut menginginkan kami untuk membuat satu paragraf singkat tentang biorafi Cut Nyak Dien dan paragraf itu disusun dari sejumlah fakta dalam table yang buku sudah sediakan.
Tapi mereka (siswa) justru membuat tiga paragraf lebih mengenai Cut Nyak Dien bahkan ada yang sampai dua halaman. Tentu saja dengan jumlah paragraf sebanyak itu banyak informasi yang tidak dimuat dalam tabel termuat dalam paragraph mereka. Tak perlu kita tanya kenapa mereka menjawab seperti itu, jawabannya pasti karena mereka hanya ‘menyalin ria’ dari internet bahkan mereka tidak tahu apa yang mereka salin.
Contoh lain saat pelajaran biologi, siswa-siswa yang aku temui selalu menjawab pertanyaan dari tugas dengan jawaban yang benar-benar ribet, berbelit belit, absur dari apa yang ditanyakan bahkan tidak menjawab sama sekali. Aku yang ikut les biologi untuk olimpiade kebingungan dengan jawaban-jawaban (absur) mereka.
Sampai-sampai guru biologiku berkata “Sebenarnya bukan ini yang aku harapkan dari kalian”. Aku bukan orang suci hingga menulis kritik-kritik seperti ini, aku hanya orang sudah menyadari perbuatannya dan tidak ingin lebih banyak lagi orang seperti dirinya yang dahulu. Karena itulah aku berfikir untuk menanamkan salah satu prinsip Writting Ielst pada para pelajar SMA dan SMP, yaitu mengolah, mem-paraphrase, menyeleksi dengan benar dan menyajikan data sesingkat dan sepadat mungkin.
Karena menurutku banyak pembelajaran menulis seperti itu lebih berguna untuk kehidupan nyata dan dunia kreja serta dapat diterapkan dalam mata pelajaran apa saja. Seperti yang aku sudah bilang, kita bukanlah buruh mesin penjawab soal yang diupah dengan nilai rapor, tapi seorang siswa berpendidikan yang memiliki pemikiran dan watak yang terdidik.
Kesimpulan dan saranku diakhir artikel ini iyalah, tugas itu penting, tapi harus lebih bervariasi lagi sehingga siswa tidak seenaknya saja menyalin ria dari internet. Contohnya memberikan tugas yang tidak ada di internet atau memberikan latihan beberapa nomor yang harus dikerja saat itu juga.
Guru tidak boleh asal terima tugas saja tapi juga harus menindaklanjuti tugas tersebut. Jangan hanya menerima tugas, menulis nilai di buku penilaian, lalu melanjutkan ke materi lain. (***)