
Desain rencana pembangunan jalan arteri Sulawesi Barat Jilid II di Lingkungan Tambi dan Kampung Baru, Kelurahan Mamunyu, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju.
Mamuju, mandarnews.com – Pembangunan lanjutan Jalan Arteri tahap II di Mamuju, Sulawesi Barat, jadi kekwatiran warga di Lingkungan Tambi dan Kampung Baru, Kelurahan Mamunyu, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Pasalnya rancangan lajur expres tersebut akan dibangun dekat dengan pemukiman warga di Lingkungan Kampung Baru hingga Tambi.
Warga kwatir pembangunan itu akan mengundang rangakaian bencana alam bagi kampung yang telah mereka diami sejak turun temurun.
Kata Syarifuddin, nelayan di Kampung Baru, jika Arteri dibangun di belakang Rumahnya, akan menggangu jalur kapal nelayan di Muara Sungai Kali Mamuju yang sudah sejak lama jadi persandaran kapal-kapal nelayan dari berbagai wilayah, seusai menangkap ikan berhari-hari.
Sejak 30 tahun terakhir, Syarifuddin mengaku telah berdiam disana dan terus mengais rejeki dari menangkap ikan.
“Ya kalau dibangun pak, kami ini mau bagaimana? Mata percarian kami cuma menangkap ikan. Sedangkan jalur arteri itu dibangun dibelakang rumah, pasti berimbas pada kapal-kapal yang mau merapat,” kata dia, sembari memilah ikan hasil digabus putihnya, saat dijumpai dirumahnya di Kampung Baru, Jumat sore (21/10/22).
Sedang tokoh masyarakat,Juhardi menuturkan, pembangunan jalur Arteri akan mengasingkan mereka lalu jadi pembatas warga dan dunia luar lantaran membelah perkampungan warga.
Selain itu kekwatiran lainnya muncul, andai badan jalan arteri dibangun, warga Tambi kwatir bakal terdampak banjir, lantaran menurut Juhardi, Tambi dan Kampung Baru yang dulunya satu lingkungan. Berada ditempat rendah yang berhadapan langsung dengan laut.
“Kampung ini sangat rendah, kalau dibangun itu arteri maka akan jadi penyumbang banjir. Apalagi kampung ini satu-satunya wilayah dikota Mamuju yang berbatasan langsung laut,” Tutur Juhardi.
Belum lagi kata dia, Kampung Tambi dan Kampung Baru memiliki histori dan budaya yang tak bisa dibeli, karena kampung yang mereka huni adalah salah satu kampung paling tua dalam kota Mamuju.
“Ini kampung punya historinya sendiri, sebab kampung tertua di Mamuju. Kita tau Mamuju ini wilayah rawan bencana, gempa, banjir, sampai lainnya berpotensi sangat besar. Tentu kalau dibangun pasti kampung ini akan tenggelam dan akan menyisahkan cerita kenangan,” Ujar Juhardi.

Untuk itu Juhardi, Syarifuddin bersama warga lainnya, telah berulang kali menolak rencana pembangunan itu, meski sosialisasi beberapa kali telah dilaksanakan.
Dalam pertemuan ketiga di Lingkungan Tambi, sore tadi, Jumat (21/10/2022) antara Balai Pengerjaan Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Barat yang turut dihadiri ketua DPRD Provinsi Sulawesi Barat.
Warga kekeh menolak rancangan pembangunan jalan arteri sepanjang 1,8 kilometer itu andai masih sesuai desain awal yang disosialisasikan, membelah kampung di Lingkungan Tambi dan Kampung Baru, Kelurahan Mamunyu.
Selain itu menurut warga, sosialisasi dari BPJN Sulbar tidak melibatkan warga setempat yang bakal terdampak.
“Seperti pada pertemuan sebelumnya, kami tetap menolak kampung kami dilalui karena mau kemana kami jika bencana datang. Sedangkan jalan arteri sendiri itu jalur bebas hambatan, sedangkan anak-anak kami setiap harinya akan berangkat sekolah dan melalui jalan itu, pemerintah seharusnya memikirkan dampak pembangunan jangan sampai justru memicu dampak yang besar, seperti bencana alam. Ini pasti akan mengorbankan kami rakyat kecil.” tutur Juhardi yang mewakili masyarakat dalam forum itu.
Dalam pertemuan itu, Ketua DPRD Sulbar, Suraidah Suhardi mengajak warga Tambi untuk mau menerima pembangunan jalan arteri.
Suraida mengklaim, pembangunan itu akan membuat Sulawesi Barat maju seperti daerah lainnya. Apalagi kata dia, anggaran tersebut berasal dari pusat yang belum tentu mampu jika dibiayai menggunakan APBD.
“Sayang sekali seandainya ini tidak bisa, karena ini untuk pembangunan Sulbar yang lebih baik. Kalau pakek APBD belum tentu bisa karena anggaran kita terbatas. Jadi saya harap kita duduk bersama-sama disini untuk berdiskusi mencari solusi,” kata Suraidah kepada warga.
Sementara kepala BPJN Sulawesi Barat, Sjofva Rosliansjah kepada warga mengatakan, jika pembangunan ruas jalan arteri jilid II ini dapat dimanfaatkan warga sebagai alternatif untuk langsung kearah kantor Gubernur Sulbar.
“Keinginan warga jika jalan ini bisa jadi tanggul, jadi kita (akan) merubah desain awal dari sebetulamnya tinggi jadi sebidang dengan jalan lama. Jadi manfaatnya bisa digunakan langsung oleh warga menuju kantor Gubernur, nah enak sekali kan jika terbangun,” ujar Sjofva.
Sjofva Rosliansjah mengakui, sebelumnya ada ide dari Gubernur sebelumnya (Anwar Adnan Saleh) yang melalu pinggir laut. Namun anggaran yang dibutuhkan lebih besar. Untuk itu kata ia, desain saat ini memilih alternatif yang lebih ringkas.
Meski begitu, kata Sjofva, belum ada rincian akurat terkait selisi anggarannya. Namun ide Gubernur terdahulu banyak melingkar dan melintasi kawasan mangrove.
“Kalau Gubernur sebelumnya itu baru ide, juga anggarannya sangat besar ya. Sehingga kita desain seperti ini. Kalau perbedaannya belum kita tau secara pasti, nanti tim teknis yang jabarkan,” Tutur Sjofva Rosliansjah.
Meski ada negosiasi, namun sebagian warga lingkungan Tambi mengaku tetap tidak setuju jika kampung mereka diancam.
Hingga pukul 18.10 WITA, warga bersama BPJN Sulbar dan Ketua DPRD Sulbar terpantau meninjau lokasi yang direncanakan bakal dilalui jalur arteri jilid II Sulbar.