Saat Dosen dan PLP (pranata laboratorium Pendidikan) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Mamuju melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bagi masyarakat pesisir.
Mamuju, mandarnews.com – Sampah merupakan hasil dari kegiatan manuasia yang dibuang ke lingkungan. Pesisir pantai merupakan salah satu daerah yang tidak luput dari tempat pembuangan sampah masyarakat yang tinggal di daerah pesisir.
Masalah kesehatan akibat sampah semakin meningkat jumlah produksi sampah di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat khususnya Desa Bambu, Dusun Babana Pantai tentunya akan memberikan efek pada kesehatan lingkungan yang di dalamnya terdiri dari adanya masyarakat maupun mahluk hidup lainnya.
Masalah ini akan muncul ketika sampah tidak dapat di tangani dengan baik oleh pemerintah setempat dikawasan pesisir akan menimbulkan pembuangan sampah yang secara sembarangan. Masyarakat akan lebih condong membuang sampah di laut dan akan berefek pada pencemaran laut tentunnya menggangu ekosistem laut serta kesehatan masyarakat.
Hal ini berkaitan dengan belum tahu bagaimana cara mengelolah sampah rumah tangga dengan baik dan benar. Sebagian besar sampah dihasilkan dari aktivitas rumah tangga, dikenal dengan sampah domestik. Sampah rumah tangga yang tidak dikelolah dengan baik disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat pesisir dalam mengelolah sampah rumah tangga.
Inilah yang mendasari sehingga Dosen dan PLP (pranata laboratorium Pendidikan) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Mamuju melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat pesisir tentang cara pengelolaan sampah dengan metode maggot composter dan ecobrick. Sehingga dapat mengurangi perilaku masyarakat yang membuang sampah ke laut dan masyarakat dapat memanfaatkan kembali sampah anorganik yang dihasilkan menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Pelaksana kegiatan ini adalah dosen dan PLP (pranata laboratorium Pendidikan) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Mamuju. Dimana sasaran kegiatan ini yaitu masyarakat di Dusun Babana, Pantai Kab.Mamuju. Yang dilaksanakan sejak Juni – November 2024 di Dusun Babana Pantai Desa Bambu Kab.Mamuju.
Fajar Akbar, SKM., M.Kes Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Mamuju mengatakan penelitian yang dilakukan di tahun 2023 di Dusun Babana Pantai, Kab.Mamuju didapatkan hasil tindakan masyarakat membuang sampah ke laut tinggi sekitar 47%, pemanfaatan kembali sampah 17%, pemilahan sampah 22%, pengetahuan masyarakat tentang jenis sampah masih rendah 17,3%, dan sikap untuk pemilahan sampah juga rendah 38,8%.
Menurutbya, berdasarkan hasil penelitian, dari 92 responden yang menjawab tingkat pengetahuan mengenai pengelolaan sampah diperoleh hasil yaitu tinggi sebanyak 63 responden (68.5%), sedang sebanyak 21 responden (22.8%), dan rendah sebanyak 8 responden (8.7%). Banyak faktor yang mempengaruhi ibu rumah tangga dalam melakukan pengelolaan sampah yang dihasilkan.
Salah satu dari faktor tersebut adalah tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan masalah ini, maka solusi yang di dilakukan oleh dosen dan PLP Poltekkes Kemenkes Mamuju yitu melakukan pengabidan masyarakat. Pengabdian masyarakat dilakukan dalam bentuk memberikan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan metode maggot composter dan ecobrick.
“Metode pelakasanaan yaitu, terlebih dahulu masyarakat diberikan edukasi tentang maggot composter dan ecobrick, pada saat edukasi berikan pre dan post test kepada masyarakat. Setelah di berikan edukasi, masyarakat didampingi untuk pembuatan maggot composter dan ecobrick,” ujarnya.
Fajar Akbar menjelaskan, Maggot merupakan media pengolah sampah organik yang multiguna. Selain dapat mengurangi volume sampah organik dan emisi gas methan ke lingkungan, media ini juga akan menghasilkan konsentrat protein (maggot dewasa) dan kasgot (sampah bekas maggot). Maggot dewasa dapat digunakan sebagai pakan ternak (ikan dan unggas).
Maggot merupakan larva dari lalat tentara hitam (Black Soldier Fly), spesies lalat yang dapat hidup baik pada iklim tropis. Lalat BSF merupakan serangga yang tidak berbahaya yang memiliki potensi menjanjikan untuk masalah pakan ternak dan juga dapat dimanfaatkan sebagai solusi atas limbah organic. Larva BSF memakan segala bahan organic yang membusuk termasuk sampah dapur, sampah makanan dan kotoran.
Maggot dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, karena mengandung protein 43,42% ,lemak 17,24%, serat kasar 18,82%, abu 8,705 dan air 10,79% sehingga dapat digunakan sebagai alternatif protein pakan ternak. Selain itu, maggot memiliki kemampuan mendegradasi sampah organic lebih baik dibandingkan serangga lainnya. Hasil residu biokonvensi sampah organic menggunakan maggot adalah kasgot yang dapat dimanfaatkan menjadi kompos dalam budidaya sayuran. Budidaya maggot menjadi solusi tepat untuk menyelesaikan permasalahan sampah organic di masyarakat.
“Maggot Composter dapat menjadi metode pengolahan sampah yang mudah diterapkan di rumah tangga karena sampah organic tidak perlu dicacah, diaduk, tidak memerlukan activator dan perhatian khusus namun dapat menghasilkan pakan ternak dan kompos. Ecobrick merupakan salah satu upaya kreatif untuk mengelola sampah plastik menjadi benda-benda yang berguna, mengurangi pencemaran dan racun yang ditimbulkan oleh sampah plastik. Fungsi ecobrick bukan untuk menghancurkan sampah plastik melainkan untuk memperpanjang usia plastik dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna, yang dapat digunakan kembali,” tutupnya. (Ptr/rls)